Penguatan Rupiah Sepekan Ini Tembus yang Tertinggi Sejak 2020
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung bergerak turun sebesar minus 0,64 persen dan Indeks LQ45 minus 0,82 persen sepekan ini.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -
Selama sepekan ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung bergerak turun sebesar minus 0,64 persen dan Indeks LQ45 minus 0,82 persen.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah terapresiasi 3,09 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan harga obligasi naik.
"Imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun turun 29,6 basis poin. Rupiah alami penguatan mingguan terbesar sejak bulan Juni 2020 dan imbal hasil obligasi turun terdalam sejak November 2022," ujar dosen sekaligus praktisi pasar modal Lanjar Nafi melalui risetnya kepada Tribunnews.com, Minggu (15/1/2023).
Di akhir pekan ini, terdorong sentimen spekulasi pelongaran kenaikan suku bunga AS, pasar modal Indonesia bergerak positif.
Pada perdagangan Jumat kemarin, IHSG naik 0,18 persen ke level 6.641,83 dan Indeks LQ45 turun tipis 0,02 persen ke level 905,49 dengan saham BBCA, TLKM dan BBRI turun hingga akhir sesi perdagangan menjadi kontributor utama," kata Lanjar.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah terapresiasi 1,23 persen ke level Rp 15.150 per dolar AS, mengiringi turunnya permintaan "Greenback" terhadap mata uang lain akibat data inflasi dirilis lebih lambat.
Baca juga: Kurs Rupiah Melemah, Daihatsu Belum Mau Naikkan Harga Jual Produknya
Kemudian, harga obligasi mayoritas alami penguatan ditandai turunnya imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun Indonesia sebesar 7,4 basis poin kelevel 6,68 persen.
Baca juga: Rupiah Makin Perkasa Terhadap Dolar AS, Kokoh di Level Rp15.148
"Pekan ini menjadi kunci spekulasi arah kebijakan The Fed dengan data tingkat inflasi AS lebih lambat menjadi 6,5 persen dari 7,1 persen di Desember 2022. Indeks kepercayaan konsumen dan penjualan ritel Indonesia yang dirilis lebih baik, serta revisi Bank Dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masih optimis, gagal mengembalikan performa positif IHSG yang sempat tertekan di awal pekan," pungkas Lanjar.