Penurunan Konsumsi HFC Tingkatkan Daya Saing Industri Nasional
Pengurangan produksi dan konsumsi HFC akan mendorong pertumbuhan inovasi teknologi yang ramah lingkungan.
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebut pengurangan produksi dan konsumsi senyawa Hidroflorokarbon (HFC) akan memberikan banyak manfaat bagi Indonesia.
Direktur Jenderal Pengendali Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dhewanti di acara Sosialisasi Ratifikasi Amandemen Kigali, di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (25/01/2023) mengatakan, diantara manfaat tersebut adalah peningkatan daya saing industri nasional.
Dia mengatakan, pengurangan produksi dan konsumsi HFC akan mendorong pertumbuhan inovasi teknologi yang ramah lingkungan.
Kemudian, Laksmi juga menjelaskan, penurunan produksi dan konsumsi HCF juga mendorong peningkatan sumber daya manusia (SDM) untuk menangani teknologi alternatif HFC yang mudah terbakar.
"Meningkatkan kapasitas SDM untuk menangani teknologi alternatif pengganti HFC yang mudah terbakar," ujarnya.
Selain itu, upaya ini juga akan meningkatkan efisiensi energi melalui penggunaan bahan alternatif pengganti HFC.
Pemerintah akan melakukan pengurangan produksi dan konsumsi Hidroflorokarbon (HFC) secara global melalui Amandemen Kigali, yang akan berlaku pada tanggal 14 Maret 2023.
Baca juga: Kurangi Penggunaan HFC Bisa Cegah Kenaikan Temperatur Hingga 0,4 Derajat Celcius
HFC merupakan Gas Rumah Kaca (GRK) dengan potensi pemanasan global (Global Warming Potentials/ GWP) puluhan hingga ribuan kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida.
Pengendalian konsumsi HFC diyakini akan mengurangi potensi pemanasan global.