Kejayaan Zoom Meredup Dihantam Landainya Kasus Covid-19, PHK Ribuan Karyawan dan Harta Bos Menyusut
PHK di perusahaan Zoom semakin mengisyaratkan bahwa industri teknologi di Amerika kini tengah diguncang kemerosotan tajam.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Adanya PHK ini semakin mengisyaratkan bahwa industri teknologi di Amerika kini tengah diguncang kemerosotan tajam.
Terlebih diawal bulan lalu sejumlah raksasa teknologi AS termasuk Google dan Amazon telah lebih dulu memangkas 44.000 posisi dalam kurun waktu dalam 30 hari terakhir.
Jadi Miliader
Sempat menjadi miliarder dadakan setelah platform besutannya jadi penyedia layanan video conference paling terpopuler di dunia, kini Eric Yuan CEO sekaligus pendiri Zoom harus menelan kekecewaan akibat dilanda krisis pendapatan.
Pelonggaran nol-Covid yang diberlakukan sejumlah negara dengan menghapus kebijakan work from home atau bekerja dari rumah, belakangan telah membuat Zoom mulai kehilangan pelanggan hingga aplikasi video conference ini gagal mencatatkan lonjakan laba selama beberapa tahun terakhir.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan pendapatan Zoom di awal pandemi yang sanggup melonjak naik sebanyak 355 persen year on year (YoY) hanya dalam hitungan bulan. Ini terjadi lantaran selama pandemi jutaan orang bergantung pada konferensi atau pertemuan virtual.
Situasi tersebut dimanfaatkan aplikasi Zoom untuk mempermudah masyarakat dunia menggelar pertemuan dan menjalin komunikasi tanpa harus melakukan tatap muka.
Bloomberg mencatat selama kuartal II-2020 Zoom berhasil menarik hampir 105.000 pelanggan baru. Meski terlihat kecil, namun jumlah tersebut sukses membuat pendapatan Zoom naik 81 persen.
Tak berselang lama dari itu Zoom kembali mengalami lonjakan pendapatan hingga laba perusahaan naik 663,5 juta dolar AS, sementara harga saham Zoom melesat diatas 0,92, dolar AS mengungguli perkiraan Wall Street yang mematok harga di kisaran 0,45 dolar AS.
Sinyal positif ini yang mendorong Eric Yuan sukses menyandang gelar miliarder dadakan
Profil Eric Yuan
Lahir di Tai'an, Provinsi Shandong, China tahun 1970, pria berusia 53 tahun ini besar bukan dari keluarga konglomerat.
Meski orang tua Yuan merupakan seorang insinyur pertambangan, namun sejak duduk di sekolah dasar Yuan terbiasa hidup mandiri dengan mengumpulkan sisa-sisa konstruksi untuk di daur ulang menjadi tembaga.
Baca juga: FedEx Akan PHK Petinggi Perusahaan Demi Tekan Biaya Operasional
Setelah lulus dari bangku sekolah, Yuan melanjutkan pendidikannya di Universitas Pertambangan dan Teknologi China di Beijing dengan bidang teknik geologi. Tak cukup dengan satu gelar Yuan kembali menimba ilmu di bidang matematika terapan dari Universitas Sains dan Teknologi Shandong.