Indonesia Diperkirakan Mengalami Kekeringan Mulai Maret 2023, Ini Upaya yang Ditempuh PUPR
Kementerian PUPR memperkirakan Indonesia akan mengalami kekeringan mulai Maret 2023 mendatang.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemeterian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperkirakan Indonesia akan mengalami kekeringan mulai Maret 2023 mendatang.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko mengatakan kekeringan akan dimulai secara bertahap, dimulai dari empat provinsi terlebih dahulu pada Maret 2023.
"Maret nanti ada empat provinsi di mana intensitas hujannya di bawah 100 milimeter. Itu termasuk kekeringan," katanya dalam konferensi pers di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (15/2/2023).
Lalu, secara bertahap pada April akan ada 8 provinsi, Mei 19 provinsi, Juni 21 provinsi, dan Juli 29 provinsi. Agustus disebut menjadi yang paling kering, di mana kurang lebih terdapat 31 provinsi mengalami kekeringan.
Jarot mengatakan Kementerian PUPR tak boleh terlambat dalam mengantisipasi kekeringan yang akan melanda Indonesia. Ia akan semaksimal mungkin menginventarisasi sarana dan pra sarana yang sudah ada.
Ada sejumlah langkah yang akan diambil, salah satunya memastikan pemanfaatan volume di bendungan.
"Pertama, karena ini mulai jalan dari Maret, kami memastikan pemanfaatan volume di bendungan dengan cara mengatur volume bendungan itu semaksimal mungkin," kata Jarot.
Kedua, ia menyebut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono telah membentuk unit pengelola bendungan.
"Ada Kepalanya yang stand by di bendungan tersebut, lalu memiliki dua Kasat. Kepala Satuan Operasi Pemeliharaan dan Kepala Satuan Koperasi Pintu. Sehingga lebih fokus dalam bekerja untuk mengatur bendungan-bendungan yang sudah ada," ujarnya.
Baca juga: BPBD DKI Sebut 18 Kecamatan di Ibu Kota Berpotensi Rawan Kekeringan
Lalu, akan diadakan kegiatan operasi dan pemeliharaan seluruh sumur eksisting yang ada, kurang lebih 3.230 titik di 20 provinsi.
"Langkah selanjutnya melakukan rehabilitasi sumur-sumur eksisting sebanyak 25 titik di 12 provinsi," kata Jarot.
Ia mengatakan langkah tersebut dilakukan karena belum tentu di 31 wilayah yang akan mengalami kekeringan ekstrem pada Agustus memiliki sumber air.
Baca juga: Curah Hujan Rendah, Sembilan Kabupaten di NTB Dilanda Kekeringan
"Makanya, kami koordinasi dengan Kementerian ESDM, di situ ada CAT (Cekungan Air Tanah) atau tidak. Kami sudah menyiapkan. Jadi, kami akan mengebor titik-titik yang diprediksi akan terjadi kekeringan. Kurang lebih 37 titik di 19 provinsi," ujar Jarot.
"Jadi, ini jangan sampai sudah terjadi kekeringan, baru bergerak," katanya melanjutkan.