Kenaikan Inflasi dan Suku Bunga Bikin Masyarakat Tunda Pembelian Properti
Tekanan ekonomi global yang ditandai kenaikan inflasi dan melonjaknya suku bunga, membawa dampak negatif terhadap pasar properti di tanah air.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hendra Gunawan
Sedangkan 75 persen responden menilai akan ada kenaikan tingkat inflasi, juga naik 4 persen dari periode sebelumnya. Sementara sejumlah 80 persen responden yang optimis dengan apresiasi kenaikan harga properti, angka ini turun 6 persen dari periode sebelumnya.
Marine menambahkan bahwa di tengah situasi dan kondisi yang dirasa sulit untuk membeli rumah, 7 dari 10 atau 70 persen responden setuju jika Pemerintah akan menerapkan pajak progresif terhadap pemilik lebih dari satu properti, terutama mereka para pemilik rumah yang setuju dengan rencana kebijakan pajak tersebut.
Baca juga: Kementerian PUPR: Sektor Properti Tahan Banting, Kebal Pengaruh Pandemi dan Resesi
Sementara 13 persen responden tidak setuju dengan pajak progresif dan 17 persen responden tidak tahu apakah pajak progresif perlu diterapkan.
Sementara itu, generasi milenial beranjak makin mapan dan makin sedikit yang masih tinggal bersama orangtua. Sekitar 1 dari 5 atau 17 persen milenial saat ini tinggal bersama orang tua mereka. Dari jumlah tersebut, 69 persen responden berniat untuk keluar dari rumah orang tua mereka dalam tahun depan.
Marine menyimpulkan, menurut hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H1 2023, indeks sentimen properti turun 3 poin dari semester sebelumnya didorong oleh kepuasan yang lebih rendah, turunnya persepsi terhadap upaya pemerintah, dan pandangan yang kurang positif terhadap harga properti di masa depan.
"Mayoritas konsumen properti yang merupakan pemilik rumah mengharapkan pemerintah untuk menerapkan pajak progresif. Mayoritas konsumen properti Indonesia juga menilai bahwa tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan harga properti akan meningkat di tahun depan," tutur Marine.