Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Praktisi Beberkan Pendorong Rupiah Menguat Enam Hari Beruntun ke Level Rp 14.700 per Dolar AS

Sentimen dalam negeri yang hadir selama sepekan sangat baik, di antaranya cadangan devisa melesat ke level tertinggi sejak November 2021.

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Praktisi Beberkan Pendorong Rupiah Menguat Enam Hari Beruntun ke Level Rp 14.700 per Dolar AS
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Karyawan menunjukkan mata uang Rupiah dan Dolar AS di tempat penukaran uang di Jakarta. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dosen sekaligus praktisi pasar modal Lanjar Nafi mengatakan, optimisme pasar global setelah data tingkat inflasi produsen dan data pekerja di Amerika Serikat (AS) berhasil mendorong penguatan rupiah.

Nilai tukar rupiah lanjutkan trend penguatan untuk enam hari perdagangan berturut-turut sebesar 0,35 persen kelevel Rp 14.700 per dolar AS pada akhir pekan ini.

"Selama sepekan, rupiah catatkan kinerja positif. Nilai tukar rupiah berhasil terapresiasi sebesar 1,43 persen (sepekan) dan catatkan nilai apresiasi terbesar sejak Januari 2023," ujar dia melalui risetnya kepada Tribunnews.com, Minggu (16/4/2023).

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Pagi Ini Melemah ke Level Rp15.390 per Dolar AS

Lanjar membeberkan, sentimen dalam negeri yang hadir selama sepekan sangat baik, di antaranya cadangan devisa melesat ke level tertinggi sejak November 2021.

Kemudian, Indeks Keyakinan Konsumen yang naik ke level tertinggi tujuh bulan terakhir, serta lelang Surat Utang Negara yang kembali dibanjiri peminat.

"Selain itu, International Monetary Fund atau IMF tercatat paling optimis dalam memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia serta penjualan eceran Indonesia yang tumbuh dan catatan utang luar negeri menurun," kata Lanjar.

Berita Rekomendasi

Namun sangat baiknya sentimen yang ada dari dalam negeri, optimisme investor tertahan oleh sentimen global dan psikologis perdagangan jelang libur panjang.

"Dari sentimen global, investor mempertimbangkan data tingkat inflasi di AS yang alami penurunan tidak merata, di mana inflasi inti justru naik, sehingga meningkatkan kembali spekulasi kenaikan suku bunga lebih cepat hingga resesi ekonomi AS," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas