Bed Bath & Beyond Resmi Ajukan Perlindungan Kebangkrutan dan Memulai Penjualan Likuiditas
Bed Bath & Beyond telah mengalami penurunan permintaan dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan kegagalan perusahaan memasarkan produknya.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Perusahaan Ritel Bed Bath & Beyond Inc dikabarkan telah mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 pada Minggu (23/4/2023), pasca perusahaan gagal mendapatkan dana untuk tetap bertahan.
Selain mengajukan perlindungan kebangkrutan, perusahaan juga telah memulai penjualan likuidasi.
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, Bed Bath & Beyond telah mengalami penurunan permintaan dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan kegagalan perusahaan memasarkan produknya.
Baca juga: Tupperware: Wadah makanan yang dulu berjaya kini terancam bangkrut
Hal itu membuat perusahaan mengalami kerugian hingga mencapai 393 juta dolar AS setelah penjualan anjlok 33 persen untuk kuartal yang berakhir pada 26 November 2022.
Pekan lalu, Peritel Union yang berbasis di New Jersey telah mengajukan kebangkrutan di pengadilan Distrik New Jersey, mendaftarkan perkiraan aset dan kewajibannya dalam kisaran 1 miliar dolar AS hingga 10 miliar dolar AS.
Perusahaan juga telah menerima komitmen sekitar 240 juta dolar AS dalam bentuk pembiayaan debitur yang dimiliki dari Sixth Street Specialty Lending Inc, menurut sebuah pernyataan.
Di saat perusahaan memulai penjualan likuidasi, mereka bermaksud menggunakan proses Bab 11 untuk melakukan proses penjualan dan pemasaran terbatas untuk sebagian atau seluruh asetnya.
Meski demikian, perusahaan mengatakan pihaknya masih akan melayani pelanggan dan membuka 360 Bed Bath & Beyond, 120 toko serta situs web buybuy BABY seiring dimulainya upaya penutupan lokasi ritelnya.