Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pergerakan IHSG Diprediksi Menguat di Semester II Meski Tren Turun 2 Persen Sejak Awal Tahun

Peluang IHSG melaju pada semester kedua masih terbuka, bahkan bisa kembali menuju level psikologis 7.000.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Pergerakan IHSG Diprediksi Menguat di Semester II Meski Tren Turun 2 Persen Sejak Awal Tahun
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pekerja beraktivitas di Galeri PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (8/5/2023). Peluang IHSG melaju pada semester kedua masih terbuka, bahkan bisa kembali menuju level psikologis 7.000. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir semester pertama 2023 masih tertahan. Pada perdagangan Kamis (15/6/ 2023), IHSG berhasil menguat 0,21 persen menjadi 6.713,79.

Namun, IHSG masih mengalami pelemahan sebesar 2% sejak awal tahun. Meskipun beberapa sentimen sudah mulai membaik, IHSG masih belum menunjukkan pergerakan yang cepat.

Beberapa analis berpendapat risiko investasi di Indonesia saat ini sudah minim dan didukung kondisi makroekonomi yang masih menunjukkan kekuatan.

"Jika melihat secara keseluruhan dari perspektif top-down, risiko investasi di Indonesia seharusnya menurun. Ini tercermin dari data makro yang relatif stabil dibandingkan dengan negara-negara sebanding," kata Rizki Jauhari, Chartered Financial Analyst Head of Research & Fund Manager Syailendra Capital, kepada Kontan.co.id pada Kamis (15/6/2023).

Data ekonomi belum memberikan dorongan yang signifikan, sehingga IHSG cenderung bergerak datar. Namun, Rizki mengamati bahwa IHSG tidak sendirian dalam kondisi ini. Beberapa indeks saham di Asia juga mengalami situasi serupa.

Hal ini disebabkan oleh likuiditas yang masuk ke pasar-pasar negara berkembang masih lebih sedikit dibandingkan periode sebelumnya.

Pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh saham-saham sektor komoditas yang mengalami penurunan, mengikuti penurunan harga komoditas global. Sutopo Widodo, Presiden Komisaris HFX Internasional Berjangka, menambahkan bahwa tahun politik juga menjadi pertimbangan penting bagi para investor.

BERITA REKOMENDASI

Suhu politik yang semakin memanas menjelang Pemilu dan Pilpres 2024 membuat sebagian investor jangka menengah-panjang cenderung berhati-hati atau menunggu.

"Terdapat kekhawatiran di tahun politik ini yang mengubah lanskap investasi di Indonesia. Pergantian kepemimpinan menjadi salah satu aspek yang diperhatikan oleh investor," ujar Sutopo.

Selain itu, neraca perdagangan juga mengalami penurunan yang signifikan, meskipun masih mengalami surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada bulan Mei 2023 sebesar 440 juta dolar AS.

Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan bulan April 2023 sebesar 3,94 miliar dolar AS, atau 2,9 miliar dolar AS pada bulan Mei 2022.

Baca juga: IHSG dan Rupiah Kompak Melemah Hari Ini

Surplus neraca perdagangan Mei 2023 juga merupakan yang terendah sejak Mei 2020.


Sentimen global juga memberikan dampak. Kenaikan suku bunga oleh The Fed diperkirakan belum berakhir dalam waktu dekat, mengingat target inflasi Amerika Serikat yang masih jauh dari 2%.

"The Fed masih berencana untuk menaikkan suku bunga, sehingga ini bisa memperdalam resesi ekonomi global," kata Liza Camelia Suryanata, Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas