Jumat Pagi, Rupiah Menguat Tipis hingga Rp 14.951 Per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berdasarkan data Bloomberg pada hari ini, Kamis (12/7/2023), dibuka menguat
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berdasarkan data Bloomberg pada hari ini, Kamis (12/7/2023), dibuka menguat ke Rp 14.950 per dolar AS.
Hingga sekira pukul 09.30, mata uang Garuda bergerak naik hingga 14,5 poin atau 0,1 persen ke Rp 14.951 per dolar AS dibanding kemarin di Rp 14.965.
Adapun rupiah bergerak dengan rentang pergerakan di kisaran Rp 14.948 per dolar AS sampai Rp 14.962 per dolar AS.
Baca juga: Akhir Pekan, Penguatan Rupiah Diprediksi Berlanjut
Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah dibuka berada pada posisi Rp 14.975 per dolar AS dengan rentang harian Rp 14.929 per dolar AS hingga Rp 14.975 per dolar AS.
Kemudian sekira pukul 09.30, pergerakan rupiah bertambah kuat hingga 10 poin atau 0,06 persen ke level Rp 14.954 per dolar AS.
Sementara, rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada level Rp 14.978 per dolar AS.
Sebelumnya, Analis pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah dapat menguat hingga Rp 14.910.
"Untuk perdagangan Jumat, mata uang rupiah fluktuatif. Namun, ditutup menguat di rentang Rp 14.910 per dolar AS hingga Rp 15.010 per dolar AS," ujar dia melalui risetnya, Jumat (14/7/2023).
Dia menjelaskan sentimen eksternal yang memengaruhi rupiah adalah pelemahan dolar AS terdorong lebih rendah lagi diperdagangani kemarin.
Didorong oleh data inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan mendorong taruhan pada Federal Reserve atau Bank Sentral AS yang kurang agresif.
Baca juga: Perkasa, Rupiah Melesat Te,mbus di Bawah Rp 15.000 Per Dolar AS Kamis Pagi Ini
Ibrahim menilai, meskipun pembacaan Indeks Harga Konsumen lebih lemah, inflasi masih tetap di atas target tahunan Fed sebesar 2 persen.
Hal ini kemungkinan akan menarik lebih banyak kenaikan suku bunga oleh bank sentral dalam waktu dekat, dengan pasar secara luas memperkirakan kenaikan setidaknya 25 basis poin dalam pertemuan akhir Juli.
Sejumlah pejabat Fed juga menandai lebih banyak kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang, memperingatkan bahwa inflasi inti masih tetap tinggi, dan menimbulkan ancaman yang mengakar.