Jumat Pagi, Rupiah Menguat Tipis hingga Rp 14.951 Per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berdasarkan data Bloomberg pada hari ini, Kamis (12/7/2023), dibuka menguat
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Sanusi
![Jumat Pagi, Rupiah Menguat Tipis hingga Rp 14.951 Per Dolar AS](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/nilai-tukar-dollar-terhadap-rupiah-kembali-menguat_20220929_210738.jpg)
Pembacaan IHK inti bulan Juni lebih rendah dari yang diperkirakan, sebesar 4,8 persen, tetapi masih relatif tinggi, dan jauh di atas angka utama, yang tumbuh 3 persen.
"The Fed awal tahun ini menandai tingkat puncak setidaknya 50 bps lebih dari 5,25 persen saat ini, meskipun data tenaga kerja yang lemah dan pembacaan CPI yang lemah mungkin melihat pergeseran dalam sikap ini selama pertemuan bank Juli," tutur Ibrahim.
Di sisi lain sentimen lainnya yang memengaruhi rupiah, yakni pelemahan ekonomi China pasca pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Sejak dibukanya lockdown di China pada awal tahun, banyak negara termasuk Indonesia sebagai mitra dagang mengharapkan perekonomian Negeri Tirai Bambu ini segera pulih untuk mendorong pertumbuhan global.
Namun, apa yang diharapkan tidak sesuai, justru kondisinya malah berkebalikan, di mana ekonomi China hingga saat ini masih lesu.
Tercermin dari pelemahan mata uang China (CNY) mengalami depresiasi sepanjang tahun ini dan Indeks Purchasing Manager (PMI) manufaktur China pada Juni 2023 menjadi 50,5, melemah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,9.
Para ekonom banyak yang menganggap, perlambatan ekonomi China memang berpotensi berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia.
Keterkaitan ekonomi antara Indonesia dengan China cukup kuat, di mana estimasi sensitivitas pertumbuhan ekonomi China terhadap perekonomian Indonesia sebesar 0,39 persen, yang berarti perlambatan ekonomi China sebesar 1 persen berpotensi memperlambat ekonomi Indonesia sebesar 0,39 persen.
"Ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan mitra dagang lainnya, sebagai contoh Amerika Serikat, ujar Ibrahim.
Selain itu, diperkirakan perlambatan ekonomi China juga akan menekan harga komoditas global, dan ini juga mempengaruhi ekonomi Indonesia yang masih cukup banyak mengandalkan komoditas, terutama batu bara dan CPO.
Daerah-daerah penghasil komoditas diperkirakan akan terdampak seperti di beberapa wilayah di Sumatera dan Kalimantan.
Namun, pelemahan ekonomi China terhadap negara mitra dagang khususnya di Indonesia seharusnya tidak akan terlalu berdampak signifikan dikarenakan porsi neraca dagang dalam ekonomi tidak terlalu signifikan.
"Saat ini Indonesia hanya bisa mengandalkan pada konsumsi domestic, belanja pemerintah dan Foreign Direct Investment (FDI) dikala kondisi global bermasalah, termasuk ekonomi china yang melambat," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.