Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pengamat: Dominasi China di Smelter Nikel RI Buat Mereka Bisa Seenaknya Tentukan Harga Jual

Kebijakan hilirisasi industri telah mendongkrak nilai ekspor sumber daya alam, salah satunya nikel yang melonjak menjadi Rp 510 triliun.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Pengamat: Dominasi China di Smelter Nikel RI Buat Mereka Bisa Seenaknya Tentukan Harga Jual
AFP/Bannu Mazandra
Ilustrasi. Kebijakan hilirisasi industri telah mendongkrak nilai ekspor sumber daya alam, salah satunya nikel yang melonjak menjadi Rp 510 triliun setelah pemerintah menyetop ekspor bijih nikel. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, dominasi China di smelter nikel RI menjadikan mereka bisa seenaknya menentukan harga jual.

Di sisi lain, kata Fahmy, para penambang, termasuk yang dari dalam negeri, tak punya pilihan lain kecuali menjual ke smelter milik China, yang terkadang dijual di bawah harga keekonomian.

"Nah dalam konteks ini kan merugikan bagi pengusaha nasional dan menguntungkan bagi China," katanya kepada Tribunnews, dikutip Rabu (16/8/2023).

Baca juga: Anggota Komisi VII DPR Desak BPK Audit Program Hilirisasi Nikel

"Belum lagi berbagai fasilitas yang diberikan (ke pengusaha China). Misalnya tax holiday dan sebagainya. Itu saya kira besar sekali yang dinikmati oleh China tadi," lanjutnya.

Apa yang dikatakan Fahmy merupakan bentuk kesetujuannya terhadap perkataan ekonom senior Faisal Basri yang sebelumnya menyebut hilirisasi yang dilakukan oleh pemerintah hanya mendukung industrialisasi di China.

"Saya setuju dengan Faisal Basri yang mengenai pihak paling banyak menikmati nilai tambah ini. Indonesia iya dapat, tapi yang terbesar adalah China karena dia investasi di hulu kemudian juga di smelter. Jadi double keuntungannya," ujar Fahmy.

Berita Rekomendasi

Ia mengatakan, bila berbicara mengenai hitung-hitungan pemasukan negara setelah pemerintah melarang ekspor bijih nikel, memang memberi nilai tambah.

Ia menyebut angka yang dikemukakan Presiden Jokowi dan Faisal Basri juga hampir sama.

Namun, jika berbicara mengenai negara mana antara Indonesia dan China yang paling menikmati hasil hilirisasi ini, Fahmy menyebut Negeri Tirai Bambu menjadi yang paling menikmati.

"Saya kira Jokowi benar juga mengatakan bahwa negara dapat beberapa pajak royalti dan sebagainya, saya sepakat itu. Nah, tetapi siapa yang paling menikmati ya menurut saya China," kata Fahmy.

"Kenapa China? Karena China awalnya dia kan investasi tambang sebagai penambang nikel. Nah kemudian adanya larangan ekspor tadi kemudian diwajibkan membangun smelter dan sebagian besar dari China. 90 persen lebih itu dari China," sambungnya.

Debat Panas Jokowi vs Faisal Basri

Perdebatan antara Presiden Joko Widodo dan Ekonom Senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri kian memanas.

Hal ini dimulai dari pandangan Faisal yang menyebut bahwa program hilirisasi nikel yang kini masif digarap Pemerintah, dianggap menguntungkan China dan negara lain.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas