Freeport, Tony Wenas, dan Slank
Digelar di ketinggian sekitar 2.000 Mdpl, Presiden Direktur Freeport Tony Wenas bertindak sebagai inspektur upacara HUT ke-78 RI
Editor: Sanusi
“Eh, mau. Ayo,” sahut Kaka dengan riang, cerita Tony.
Benar-benar terjadi. Hari Rabu (16/8/2023) sehari sebelum upacara 17-an, Slank melakukan konser di lapangan Grasberg. Grasberg adalah lokasi pertambangan terbuka Freeport tidak jauh dari Puncak Cartenz, puncak tertinggi di Indonesia 4.800 mdpl.
Untuk mengangkut alat musik ke sini, juga orang, perlu kendaraan khusus. Kendaraan andalan Freeport adalah Land Cruiser 4WD 4.800 tenaga kuda. Mobil biasa tidak akan sanggup mendaki, apalagi mengarungi tikungan tajam di pendakian.
Baca juga: Progres Capai 72 Persen, Erick Thohir Pastikan Smelter Freeport Indonesia di Gresik Rampung Mei 2024
Suhu udara bisa sampai 10 derajat, selalu berkabut, dan hujan. Pasokan oksigen sangat tipis. Sebelum naik ke Grasberg, dokter perlu memeriksa tekanan darah dan saturasi. Di lokasi konser disediakan ambulans dan dokter.
Kaka menikmati konsernya di depan ratusan karyawan Freeport. “Ini luar biasa. Terima kasih Pak Tony,” kata Kaka.
Kaka pun mengundang Tony untuk bernyanyi. “We Are The Champion”, lagu Queen yang dirilis tahun 1977. Kaka pun ikut bernyanyi.
Tony Wenas juga membawa Kaka untuk tampil pada konser di depan belasan ribu karyawan Freeport sore ini.
Pada puncak perayaan HUT Kemerdekaan RI di Tembagapura, kawasan perumahan Freeport, acaranya pun cukup meriah. Warna keberagaman Indonesia sangat terasa.
Tamu undangan, termasuk bule, memakai batik. Ada yang mengenakan seragam lengkap, batik plus kopiah, lengkap dengan emblem Garuda dan bendera merah putih.
Usai upacara, suasana sangat meriah. Di tengah kabut dan gerimis di suhu 11 derajat celcius, kelompok-kelompok penari memeragakan tarian tradisional, lengkap dengan pakaian adatnya.
Ada tarian Minang, Batak, Dayak, Toraja, Bugis, Maluku, Minahasa, dan tentu saja, Papua.
Dibuka dengan “Sajojo”, parade Nusantara ditutup dengan tarian Papua. Semua tamu undangan terjun ke lapangan, termasuk Tony Wenas dan nyonya. Semua membaur, menari dengan gembira, dalam nuansa kebhinekaan.
Terasa hari itu, Tony Wenas bukanlah sosok di atas awan di mata karyawannya.
Tony Wenas benar-benar membawa Freeport ke bumi.