Gegara China, OECD Pangkas Proyeksi Ekonomi Global Tahun 2024 Jadi 2,7 Persen
Merosotnya perekonomian China mulai terjadi usai bank sentral China mengambil langkah agresif dengan mengerek naik suku bunga.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, Washington – Organisasi Pembangunan Ekonomi atau Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) memangkas proyeksi ekonomi global di tahun 2024 dari 2,9 persen menjadi 2,7 persen.
Pemangkasan itu dilakukan OECD setelah pertumbuhan ekonomi global di tahun ini mengalami perlambatan hingga anjlok dikisaran 3 persen dari 3,3 persen pada tahun 2022. Buntut dari melemahnya ekonomi China.
"Kita menghadapi tantangan ganda yaitu inflasi dan pertumbuhan yang rendah, hal ini yang membuat kami berspekulasi pertumbuhan global diperkirakan melambat pada tahun – tahun selanjutnya," kata Kepala Ekonom OECD Clare Lombardelli seperti dilansir Reuters.
Baca juga: Harga Minyak Mentah Merosot 1,5 Persen Lebih di Tengah Kekhawatiran Melemahnya Ekonomi China
Merosotnya perekonomian China mulai terjadi usai bank sentral China mengambil langkah agresif dengan mengerek naik suku bunga. Namun akibat pengetatan tersebut, ekonomi negeri tirai bambu ini dilanda krisis di tengah lonjakan utang pemerintah yang telah mencapai 123 triliun yuan.
Kondisi ini kian diperparah dengan tingginya angka pengangguran kaum muda, serta rendahnya investasi asing, dan anjloknya perdagangan China yang turun menjadi 80,6 miliar dolar AS pada Juli 2023.
Serangkaian tekanan itu yang membuat ekonomi China dilanda perlambatan, bahkan target 5 persen pertumbuhan ekonomi China kemungkinan besar tidak akan tercapai di tahun 2023,.
Tak hanya itu akibat masalah ini output di seluruh dunia juga terancam mengalami pelemahan. Mengingat peran negeri bambu ini yang sangat penting karena merupakan pusat perekonomian terbesar kedua di dunia. sehingga perlambatan yang dialami China berdampak besar bagi sejumlah negara.
Sebelum proyeksi ekonomi global tahun 2024 dipangkas, OECD sempat menurunkan outlooknya terhadap ekonomi China dengan pertumbuhan sebesar 5,1 persen pada tahun ini dan melambat menjadi 4,6 persen pada tahun 2024.
“Pengetatan kebijakan moneter menjadi semakin terlihat, kepercayaan bisnis dan konsumen telah menurun, dan rebound ekonomi China telah kehilangan momentumnya,” jelas Lombardelli.
Untuk mencegah terjadinya lonjakan inflasi yang dapat memicu kemerosotan pada perekonomian dunia, OECD meminta sejumlah bank sentral seperti Bank Sentral Eropa (ECB) dan Federal Reserve Amerika Serikat (AS) untuk memperketat kebijakan moneternya dengan mengerek naik suku bunga ke level tertinggi.
Meski kebijakan tersebut dapat membebani bunga kartu kredit dan mencekik kemampuan rumah tangga hingga bisnis-bisnis kecil. Namun OECD beranggapan cara ini dapat menjadi langkah jitu untuk menekan lonjakan inflasi dan perlambatan ekonomi global.
"Beberapa negara sudah melihat peningkatan tunggakan pinjaman dan kartu kredit serta peningkatan kebangkrutan perusahaan," ujar kata kepala ekonom OECD Clare Lombardelli pada konferensi pers.
"Kita semua melihat pengetatan kebijakan moneter berdampak pada perekonomian kita. Hal ini diperlukan untuk mengurangi inflasi, namun hal ini menyakitkan," tambah Lombardelli.