Indonesia Serap Dana dari Surat Utang Negara Rp15,8 Triliun
Menurutnya, investor masih bersikap wait and see atas keputusan kebijakan tingkat suku bunga The Fed pada FOMC meeting minggu ini.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
Pelaksanaan lelang dilakukan berdasarkan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.08/2019 dan dan/atau Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38/PMK.02/2020.
Adapun lelang SUN ini akan digelar pada Selasa (19/9/2023) dan setelmen pada Kamis (21/9/2023) dengan target indikatif sebesar Rp14 triliun dan target maksimal sebesar Rp21 triliun.
Ada 7 seri SUN yang akan dilelang antara lain SPN03231220 (New issuance) jatuh tempo pada 20 Desember 2023, SPN12240919 (New issuance ) jatuh tempo pada 19 September 2024, FR0095 (Reopening) jatuh tempo pada 15 Agustus 2028, FR0100 (New Issuance) jatuh tempo pada 15 Februari 2034, FR0098 (Reopening) jatuh tempo pada 15 Juni 2038, FR0097 (Reopening) jatuh tempo pada 15 Juni 2043, FR0089 (Reopening) jatuh tempo pada 15 Agustus 2051.
Alokasi Pembelian Non-Kompetitif untuk seri SPN03231220 dan SPN12240919 maksimal 50 persen dari yang dimenangkan, sedangkan seri yang lain 30 persen dari yang dimenangkan.
Sementara peserta lelang yang mengikuti lelang ini, antara lain dealer utama Citibank N.A., Deutsche Bank AG, PT Bank HSBC Indonesia, PT Bank Central Asia, Tbk., PT Bank Danamon Indonesia, Tbk., PT Bank Maybank Indonesia, Tbk., PT Bank Mandiri (Persero), Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk., PT Bank OCBC NISP, Tbk., PT Bank Panin, Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk.
Selanjutnya, PT Bank Permata, Tbk., PT Bank CIMB Niaga Tbk., PT Bank ANZ Indonesia., Standard Chartered Bank, JP Morgan Chase Bank N.A., PT. BRI Danareksa Sekuritas, PT. Mandiri Sekuritas, PT. Trimegah Sekuritas Indonesia, Tbk, Lembaga Penjamin Simpanan dan Bank Indonesia.
China Dominasi Obligasi
Analis pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan negara China masih mendominasi dalam pembelian obligasi negara atau Surat Utang Negara (SUN).
Menurutnya, kekuatan China tidak perlu diragukan bukan hanya di pasar domestik tetapi juga global.
“China paling besar walaupun masih mengalami perlambatan ekonomi tapi menguasai dunia,” ucapnya dihubungi Tribun Network, Selasa (19/9/2023).
Ibrahim menjelaskan China menguasai 60 persen obligasi negara Amerika Serikat.
Demikian juga obligasi China yang mendominasi 70 persen negara Uni Eropa.
“Jadi bagaimana pun juga ekonomi China nomor satu apalagi di Indonesia dengan berbagai investasi yang ditanamkan mulai dari Kereta Cepat Jakarta Bandung, infrastruktur, hingga smelter,” tutur Ibrahim.
Dia mencontohkan bagaimana industri perfilman Hollywood yang selalu melibatkan kultur China.
Hal itu sebagai gambaran bahwa negeri bambu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Amerika.