Cuaca Panas Diprediksi Bikin Perekonomian Dunia Merugi 5 Triliun USD
Gelombang panas di sejumlah negara diperkirakan memicu kerugian ekonomi hingga mencapai triliunan dolar AS selama beberapa tahun kedepan.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Gelombang panas yang melanda sejumlah negara diperkirakan memicu kerugian ekonomi hingga mencapai triliunan dolar AS selama beberapa tahun kedepan.
Hal tersebut diungkap peneliti Lloyd's Futurese yang bekerja di Cambridge Centre for Risk Studies.
Lloyd's menjelaskan perubahan cuaca yang terlalu signifikan dapat mendorong guncangan pasokan makanan dan air hingga memicu gagal panen di sejumlah sektor dan membuat roda perekonomian global merugi 3 sampai 5 triliun dolar AS selama lima periode kedepan.
“Cuaca ekstrim seperti kekeringan parah atau banjir, memicu hilangnya panen dana mendorong perubahan signifikan dalam geopolitik dan perilaku konsumen sehingga dapat merugikan perekonomian global sebesar 5 triliun dolar AS,” jelas Lloyd's F.
Dampak perubahan cuaca ekstrem sebenarnya telah terlihat sejak beberapa bulan terakhir, ditandai dengan tindakan Perdana Menteri India Modi Narendra yang memberlakukan larangan ekspor beras jenis non basmati usai para petani di India mengalami gagal panen akibat cuaca ekstrim, dimana sejak April kemarin India dilanda gelombang panas mencapai 46 derajat celcius.
Kondisi ini yang membuat para petani panen di sentra-sentra produksi beras seperti Punjab dan Haryana mengalami gagal produksi, hingga pasokan beras menipis dan memicu lonjakan harga beras non basmati sebesar 3 persen.
Selain India, peningkatan suhu sekitar 0,2 derajat celcius di Asia akibat fenomena El Nino telah membuat Thailand mengalami musim panas yang lebih panjang dari tahun sebelumnya.
Thailand gagal memasok cadangan beras ke pasar Asia, hingga pasokan beras putih dengan butiran panjang khas Thailand menjadi langka dan harganya melesat naik menjadi 648 dolar AS per ton, paling mahal sejak Oktober 2008.
Baca juga: Atap Masjid Al Falah Tebing Karimun Roboh akibat Cuaca Ekstrem
“Thai white rice atau kategori beras putih dengan butiran panjang melonjak 50 persen dalam setahun terakhir, lantaran curah hujan di bawah 40 persen dan cuaca kering mengancam produksi di Thailand sebagai produsen beras terbesar kedua di Asia,” jelas Asosiasi Eksportir Beras Thailand.
Belum diketahui sampai kapan fenomena el Nino akan terus menghantam Asia.
Baca juga: Jokowi Sebut Fenomena El Nino Bikin Produksi Beras Turun
Namun apabila bencana kemarau akibat el Nino berlangsung dalam jangka waktu yang lama, Bank Pembangunan Asia memperkirakan cuaca ekstrem dapat mendorong kenaikan harga pangan internasional hingga sebanyak 64,4 juta orang di Asia dinyatakan masuk kedalam jurang kemiskinan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.