Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ekonomi RI Bisa Ikut Hancur Jika Perang Israel-Palestina Terus Berlanjut, Ini Penjelasan Ekonom

Jika negara-negara Arab bersatu membantu Palestina melawan Israel, hal ini akan menjadi petaka bagi dunia termasuk Indonesia.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Ekonomi RI Bisa Ikut Hancur Jika Perang Israel-Palestina Terus Berlanjut, Ini Penjelasan Ekonom
Twitter/X
Sebuah "bola api besar" dilaporkan meledak di Gaza setelah beberapa serangan udara oleh militer Israel. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konflik di Timur Tengah tepatnya antara Israel-Palestina pecah pada Sabtu (7/10/2023) di wilayah jalur Gaza.

Namun, hingga hari ini (17/10/2023) perang tersebut belum terlihat akan berakhir.

Jika konflik ini terus berlanjut, apa dampaknya buat Indonesia?

Ekonom Senior Faisal Basri mengungkapkan, Indonesia dan Israel pada dasarnya tidak memiliki hubungan yang intens layaknya negara-negara mitra dagang lainnya.

Baca juga: AS-Prancis Diduga Bantu Israel, Pantau Situasi di Jalur Gaza Pakai 27 Satelit

Contohnya seperti China, India, maupun negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Meski demikian, konflik di Timur Tengah ini berpotensi membuat ekonomi di Indonesia hancur.

BERITA REKOMENDASI

Jika, negara-negara Arab bersatu membantu Palestina melawan Israel, hal ini akan menjadi petaka bagi dunia termasuk Indonesia.

Yang dikhawatirkan, negara-negara Arab akan melakukan aksi embargo perdagangan minyak di tingkat global.

Diketahui, kawasan Arab merupakan produsen minyak terbesar di dunia. Apabila embargo dilakukan, maka langsung mempengaruhi rantai pasok dunia.

Indonesia diketahui juga merupakan negara importir minyak.

"Dan apa yang akan terjadi kalau eskalasi (meningkat). Kalau negara Arab bersatu dan mereka menggunakan instrumen seperti perang tahun 1967 dan embargo minyak, hancur kita," ucap Faisal di Universitas Paramadina, Selasa (17/10/2023).

"Waktu itu (tahun 1967) kita importir minyak. Produksi kita waktu itu pernah sampai 1,6 juta barel per hari, dan kita pakainya cuma 300 ribuan, dan 1,2 juta nya kita ekspor," sambungnya.

Faisal melanjutkan, konflik Israel-Palestina membuat nilai tukar dolar AS terus menguat.

Hal ini tentunya merupakan bentuk penghindaran risiko, di mana para pelaku pasar menuju aset-aset yang lebih aman karena pasar menunggu untuk melihat perkembangan kondisi.

"Indeks dolar makin menguat, orang enggak mau investasi, emas (jadi favorit) jadi sekarang negara-negara besar itu beli emasnya berton-ton, paling banyak beli itu terakhirnya China. Itu menunjukkan uncertainly yang tinggi, ujungnya kita rupiah merosot terus," paparnya.

"Kemungkinan meningkat Amerika resesi, Eropa resesi, ekspor (Indonesia) akan turun," pungkas Faisal.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas