Dibiayai BTN, Penantian 10 Tahun Driver Gojek di Solo Miliki Rumah Idaman Terwujud Hanya 3 Bulan
Tak berapa lama, Alex dinyatakan lolos untuk mengikuti program yang digagas oleh BTN, GoTo Perum Perumnas dan Kementerian PUPR
Penulis: Isti Prasetya
Editor: Sri Juliati
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Isti Prasetya
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Sebuah notifikasi dari Gojek di sebuah siang pada September 2022 membuat hidup Alexander Hogiono Yogo Kusuma berubah.
Isi notifikasi di aplikasi Driver Gojek itu tentang program kerja sama Gojek dengan Bank BTN dan Perumnas yang menyediakan rumah subsidi khusus Mitra Gojek Solo Raya.
Harapan untuk memiliki rumah untuk keluarga kecilnya bersemi setelah hampir 10 tahun menyemai mimpi untuk bisa punya rumah sendiri.
“ Siang itu pas on bid Gojek di daerah Widuran, ada notif soal KPR Subsidi khusus Mitra Gojek, langsung saya screenshot dan kirim ke istri, ayok kita coba,” cerita pria yang akrab dipanggil Alex ini saat berbincang dengan Tribunnews.com, Jumat 16 Februari 2024.
Alex mengakui impian untuk punya rumah sendiri sudah muncul seiring ia membina rumah tangga 10 tahun sebelumnya.
Namun berbagai kendala membuat ia dan istrinya harus menumpang tinggal di rumah orang tua di kawasan Solo bagian utara.
“ Sejak habis nikah itu nabung-nabung, sudah buka rekening di BTN atas nama istri buat DP rumah, tapi ndilalahe ada saja kebutuhan, sampai akhirnya malah ada program dari Gojek tersebut,” kata dia.
Malam hari setelah ia pulang “narik” Gojek, ia dan istri memantabkan hati untuk mencoba mendaftar di program rumah subsidi tersebut.
Tak berapa lama, Alex dinyatakan lolos untuk mengikuti program yang digagas oleh PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo), Perum Perumnas dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini.
Alex lolos tahap pertama dan kemudian diminta mengumpulkan berkas untuk pengajuan kredit di program Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) ini.
"Urutannya tanggal 23 September 2022 kami isi form-nya, lalu tanggal 4 atau 5 Oktober dapat pemberitahuan lewat pesan WA kalau proses awal saya lolos,” kenang Alex.
Sebulan kemudian, atau tanggal 5 Oktober 2022, Mitra Gojek yang lolos mengikuti sosialiasai sekaligus melihat calon rumah di Perumahan Jeruk Sawit.
Sepulangnya, Alex diminta untuk melengkapi dokumen SPT Tahunan, surat keterangan istri tak bekerja, dan form BP2BT.
Begitu lengkap dan dikirimkan, sebulan kemudian Alex mendapatkan kabar baik.
"Tanggal 4 November, saya dapat WA lagi bahwa kredit KPR saya disetujui, rasanya campur aduk, seneng banget, wong ndalan bisa beli rumah,” kata dia.
" Dulu gak kepikiran dengan profesi seperti ini bisa kredit rumah di bank, karena kata orang-orang kan susah kalau bukan pegawai kantoran," beber Alex.
Alex dan keluarga kecilnya makin gembira impiannya bisa terwujud dengan cepat.
Tanggal 24 November 2022, Alex, istri serta anak pertamanya yang belum genap setahun menandatangani akad kepemilikan rumahnya.
“ Sebelumnya itu ada biaya untuk booking tempat 250 ribu, lalu untuk uang muka sebesar 2 juta dipotong biaya booking tadi, sudah hanya itu saja biaya awalnya,” kata dia.
“ Kalau harga rumahnya itu 153 juta, dapat subsidi 40 juta dan subsidi lain-lain, jadi yang di KPR 108 juta dengan jangka waktu pembiayaan 20 tahun.”
Akad yang dilakukan di BTN Solo itu seakan jadi kado bagi keluarga kecilnya yang merayakan ulang tahun pernikahan ke-10 dan juga bagi anaknya yang berusia tepat setahun pada 1 Desember 2022.
"Sejak menikah, impian saya cuma tiga, satu, punya anak. Kedua punya rumah sendiri. Ketiga kalau ini direstui Yang Kuasa itu, bisa punya mobil," kata Alex.
Pasca penandatanganan akad, Alex dan keluarga mulai menempati rumah ukuran 27/60 m persegi ini pada hari kedua lebaran 2023.
“ Lebaran hari kedua, awal Mei 2023, sudah mulai tidur disini, walaupun kecil, yang penting rumah sendiri,” kata Alex bangga.
“ Mau nanam sayur di halaman, mau ditempel foto di ruang tamu, kamar mau dicat warna warni kan bebas, kalau di rumah mertua tetap ada rasa segan.”
Alex menambahkan, ada belasan mitra Gojek yang mendapatkan manfaat punya rumah dari program KPR Subsidi Khusus Mitra Gojek di Solo Raya ini.
“Seingat saya yang dapat notif KPR itu 350 orang, yang lolos administrasi ada 75, tapi yang sampai akhirnya punya rumah ada 11 orang, ya tetanggaan juga di sini,” terangnya.
Program yang diikuti Alex dan mitra gojek adalah program BP2BT, bantuan pemerintah yang diberikan kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang telah mempunyai tabungan.
Alex wajib membayar cicilan rumah Rp915.000 per bulan flat selama 10 tahun, lalu 10 tahun berikutnya besaran cicilan akan mengikuti suku bunga.
“ Dari tabel cicilan itu paling besar 1,3 juta, tapi itu kan masih di masa depan, uang segitu saya rasa makin mudah dicari 10 tahun lagi,” ucap Alex optimis.
Dengan status pekerja informal, Alex mampu membawa pulang Rp150.000-Rp250.000 per hari atau rata-rata Rp 3,5 juta sampai Rp6 juta per bulan.
“ Ya namanya di jalan kadang sehari bisa 200an, kadang juga cuma seratusan, tapi yang penting sudah punya rumah sendiri, yang buat cicilan per hari 50 ribu,” kata Alex.
Adapun sistem pembayaran KPR BP2BT adalah pemotongan dari saldo driver Gojek sebesar Rp 50 ribu setiap hari.
Kemudian Gojek secara otomatis per tanggal 1 dan 16 Gojek menyetorkan uang cicilan ke Bank BTN.
Dalam satu bulan, ada uang yang dikumpulkan sebesar Rp 1,5 juta.
Lalu dibayar untuk cicilan rumah Rp 915 ribu, sisanya akan mengendap di rekening Alex dan diakumulasikan untuk cicilan berikutnya.
“ Besaran cicilan 915, turahanne (sisanya) ya saya biarkan saja, kan tetap ada di tabungan saya, misal darurat sekali bisa diambil,” ujarnya.
Direktur Distribution and Funding BTN Jasmin mengatakan, jutaan pekerja sektor informal memiliki peluang untuk membeli rumah dengan skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR) termasuk mitra pengemudi Gojek.
“Ini sejalan dengan program pemerintah untuk membantu masyarakat dari berbagai sektor memiliki rumah melalui berbagai program yang telah dijalankan salah satunya BP2BT,” kata Jasmin dalam keterangannya.
“Kami menargetkan kerja sama ini berjalan di seluruh wilayah potensial di mana Gojek beroperasi," tutur Jasmin.
Secara angka, imbuh dia, perseroan mengestimasi sebanyak 200.000 mitra driver yang memenuhi syarat dan layak mendapatkan pembiayaan.
Dari jumlah tersebut perseroan membidik 30 persennya.
BTN Sasar Pekerja Informal Wujudkan Rumah Impian
Penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) ke pekerja di sektor informal menjadi gebrakan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) di usia ke-74 tahun yang dirayakan pada 9 Februari 2024.
Selain untuk memperbesar pangsa pasar di segmen mikro, program ini juga membantu pemerintah dalam menekan angka backlog perumahan.
Sektor informal menjadi perhatian khusus karena jumlahnya signifikan dalam populasi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang belum memiliki rumah layak huni.
Mereka selama ini kurang terlayani karena dianggap tidak bankable.
Padahal, mereka sejatinya punya penghasilan rutin meski tidak tetap (fluktuatif).
Di sisi lain, produk KPR rata rata bertenor panjang hingga di atas 20 tahun.
Nilai kreditnya juga tidak kecil, mengikuti harga rumah yang menjadi objek kredit.
Bank karena itu lebih memilih debitur dari pekerja sektor formal dengan penghasilan rutin untuk memastikan KPR nya tidak macet di tengah jalan.
“Skema KPR dan profil calon debitur seperti tidak ketemu. Tapi, sebagai bankir, kita harus berani melakukan terobosan," kata Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu, pekan lalu dikutip dari Tribunnews.com.
Dia mengatakan, tanpa komitmen dan keberpihakan, calon debitur dari segmen informal ini sampai kapan pun bakal sulit mendapatkan KPR.
"Sementara jumlah mereka tidak sedikit dan menjadi penyumbang tingginya jumlah penduduk yang belum punya rumah. Di sinilah kami mengambil peran tapi dengan tetap menjalankan manajemen risiko secara hati hati,” ujarnya.
Sektor informal yang dilayani BTN memiliki profil yang beragam, mulai dari pengemudi ojek online, paguyuban pedagang pasar, pelaku UMKM, merbot masjid hingga komunitas tukang cukur.
Mereka ini disebut pekerja sektor informal karena bukan hidup dari gaji yang nilainya selalu stabil serta serba pasti.
“Mereka ini sejatinya punya penghasilan yang cukup meski tidak tetap seperti pekerja kantoran. Artinya, mereka mampu mengangsur dan layak mendapatkan KPR asal skemanya tepat,” katanya.
BTN dalam lima tahun terakhir telah menyalurkan KPR ke sektor informal sebanyak sekitar 133.000 unit atau senilai sekitar Rp22 triliun.
Jika mengacu pada data sejak BTN dipercaya sebagai bank panyalur KPR pertama kalinya pada Desember 1976 atau 47 tahun lalu, maka angkanya lebih besar lagi.
Perseroan sejak 47 tahun lalu telah menyalurkan KPR ke sektor informal sekitar 410.000 unit atau senilai sekitar Rp52 triliun.
“Untuk pembiayaan rumah khususnya rumah subsidi sekitar 93 persen dinikmati oleh pekerja formal, sedangkan sektor informal baru 7 persen. Untuk itu BTN terus mencari skema yang bisa mempermudah pekerja informal bisa menikmati pembiayaan dari BTN,” jelasnya.
Direktur Eksekutif Segara Institut Piter Abdullah mengapresiasi keberpihakan sekaligus keberanian BTN menyalurkan KPR bertenor panjang ke sektor informal.
“Ketika BTN memutuskan menyalurkan KPR ke segmen bankable tapi undeserved ini, manajemen tentu telah menganalisis potensi risiko se hati hati mungkin. Terutama risiko gagal bayar yang berujung pada kenaikan non performing loan (NPL),” kata Piter.
Bagaimanapun, Piter menambahkan, program populis tidak boleh menjadi beban di kemudian hari hanya karena tidak cermat melakukan kajian.
“Saya selalu percaya, program populis yang baik adalah program yang bisa diimplementasikan, berhasil dan dapat menciptakan perubahan,” katanya.
Selain risiko, Piter melihat ada tiga benefit bagi BTN dari keberaniannya menyalurkan KPR ke abang gojek dan pedagang pasar.
Satu, diversifikasi target pasar. Dua, potensi dana murah (current account and saving account/CASA).Tiga, pintu masuk BTN menggarap pasar kredit mikro.
Piter menjelaskan pangsa pasar utama KPR bersubsidi adalah segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Mereka ini menjadi target utama penurunan angka backlog perumahan dan masuk dalam program sejuta rumah rakyat.
“Pada konteks ini, improvisasi BBTN menyalurkan KPR bersubsidi ke abang Gojek dan pedagang pasar bisa dinilai sebagai extra effort menekan angka backlog,” katanya.
Apabila penyaluran KPR bersubsidi ke abang Gojek dan pedagang pasar terus meningkat, BTN segera mendapatkan benefit kedua.
Yakni pertumbuhan jumlah nasabah (number of account/NOA) dan porsi dana murah.
Dan sangat mungkin para debitur ini akan menjadikan BTN sebagai bank utama penopang transaksi harian.
“Dari sisi nilai simpanan yang mengendap mungkin tidak terlalu besar, tapi pedagang pasar dan abang gojek aktif bertransaksi. Hal ini juga menjadi peluang untuk meningkatkan fee based income,” ujarnya.
Selain dua benefit di atas, ada satu dampak positif lain yang justru lebih substansial dari improvisasi BBTN ke sektor informal yakni ekspansi ke kredit mikro.
KPR bersubsidi ini merupakan pintu masuk BTN untuk menyalurkan kredit produktif ke para pedagang pasar dan pelaku UMKM.
BTN bisa menjadikan kepatuhan debitur dalam mengangsur sebagai pertimbangan pemberian kredit modal kerja.
Jika abang gojek dan pedagang pasar menjadikan BTN sebagai rekening utama, akan lebih baik lagi.
Aktivitas transaksi dan saldo mengendap akan menjadi track record sekaligus pengukuran profil risiko secara lebih presisi.
“Jadi, penilaian kelayakan kredit bisa lebih efektif dan akurat,” katanya. (*)