Pakar: Penerapan Cukai Minuman Berpemanis Sejalan dengan Penelitian
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memberikan rekomendasi agar jumlah penderita diabetes tipe II dan obesitas mesti dikendalikan.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
"Masih stagnan. Sebelum Covid penjualan antara 8 miliar liter dan pada masa covid terjadi penurunan menjadi 6,6 miliar liter, kemudian 2021 naik menjadi 7,1 miliar liter dan 2022 ke angka 8,7 miliar liter,” kata Triyono dalam Konferensi Pers Kinerja Industri Minuman di Tahun 2023, serta Peluang dan Tantangan di Tahun 2024.
“Semua kategori minuman siap saji atau RTD mengalami penurunan yang sangat signifikan di tahun 2020 dan di tahun 2021 masih belum menunjukkan recovery dibanding pre-pandemic level," tuturnya.
Data terakhir menunjukkan, Compunded Annual Growth Rate (CAGR) industri minuman 3 tahun terakhir ada di angka nol persen atau tidak ada pertumbuhan.
"Artinya secara pertumbuhan industri tidak ada pertumbuhan. Ini menjadi tantangan kita semua di sebagai pelaku industri minuman," imbuhnya.
Yang saat ini mendominasi penjualan industri minuman adalah Air Minum Dalam Kemasan atau AMDK dengan kontribusi sekitar 60-70 persen dari total volume.
Posisi kedua ada minuman teh kemasan.
"Tetapi kita lihat dalam 3 tahun terakhir pun sejak pandemi ternyata teh juga tidak tumbuh. Inilah tantangannya, di mana Covid itu berdampak besar bagi industri. Industri minuman ringan masih dalam proses pemulihan pasca Covid-19," ungkap Triyono.
Tingkat penjualan secara umum mengalami pertumbuhan sebesar 3,1 persen dari 2022 ke 2023, namun penyumbang utama dari pertumbuhan tersebut adalah air mineral.
Tanpa penjualan air mineral industri minuman ringan mengalami pertumbuhan negatif atau minus 2,6 persen.