The Body Shop Bangkrut di AS-Kanada, CEO Franchise Indonesia Jamin Tak Terjadi di Tanah Air
CEO The Body Shop Indonesia menjamin peristiwa tutupnya gerai di AS dan Kanada tidak bakal terjadi di Tanah Air.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Pravitri Retno W
Natura mengungkapkan selama pandemi Covid-19, para konsumen 'mendapat manfaat langsung'.
Sementara, pasca pandemi, masyarakat dianggap telah dalam 'tingkat yang lebih normal sebelum pandemi'.
Baca juga: Kenalkan ke Industri Kosmetik, Kampus Ini Gelar Diseminasi Ilmu Kimia
Sebagai informasi, The Body Shop berdiri atas gagasan dari seorang aktivis Inggris, Anita Roddick pada 1976.
Pada saat itu, Roddick terinspirasi untuk membuat produk kecantikan yang murni bersumber dari alam sehingga tiap individu tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar.
Dalam perjalanannya, The Body Shop menggaggas untuk pelarangan pengujian produk ke hewan, dikutip dari CNN.
The Body Shop pun langsung melebarkan sayap bisnisnya ketika pada 2023, ritel yang tersebar di dunia mencapai 2.500 lokasi di 800 negara.
Selain itu, tersedia pula produk The Body Shop secara online di lebih dari 60 pasar.
Di sisi lain, kepemilikan perusahaan kerap berpindah tangan.
Pada 2006, The Body Shop sempat dibeli oleh perusahaan kosmetik ternama, L'Oreal pada 2006 senilai lebih dari 1 miliar dolar AS.
Lalu, pada 2017, perusahaan dijual ke perusahaan Brasil Natura seharga 1 miliar dolar AS.
Enam tahun kemudian, The Body Shop kembali dijual ke grup manajemen aset Aurelius dengan harga yang sudah terjun bebas menjadi 266 juta dolar AS.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)