Kisah Pembatik Desa Girilayu, Matesih, Sang Penggores 'Malam' Sejak Awal Praja Mangkunegaran Solo
Tradisi membatik turun-temurun diwariskan oleh satu generasi ke generasi dibawahnya sejak sebelum Indonesia merdeka dan berkaitan dengan Mangkunegaran
Penulis: Imam Saputro
Editor: Tiara Shelavie
Partinah mengungkapkan, proses membuat batik tulis membutuhkan waktu sekitar 6 hingga 8 bulan.
Proses pengerjaan yang membutuhkan waktu lama dan ketelitian itulah yang membuat harga batik tulis cukup mahal.
Untuk lembaran kain dengan ukuran panjang 2,6 meter dan lebar 1,2 hingga 1,5 meter dijual mulai harga Rp 600 ribu hingga Rp 3,5 juta.
Jadi suvenir andalan Kabupaten Karanganyar
Dengan kekhasannya, batik Desa Girilayu kini jadi langganan suvenir Pemerintah Kabupaten Karanganyar.
“Kami juga menerima pembuatan baju batik untuk dipakai sendiri maupun suvenir, pemkab beberapa kali pesan untuk suvenir, seringnya bentuk baju batik” kata Partinah.
Baju batik tersebut dikemas dalam wadah kardus menarik dan kekinian.
Selain batik tulis, Partinah juga menerima pemesanan batik printing.
"Misal ada pesanan printing kami tetap menerima dan bekerja sama dengan yang lain, motif kami juga bisa yang kontemporer sembari menjaga yang khas seperti Tri Dharma" kata Partinah.
UMKM binaan BRI
Dalam perjalanannya melestarikan budaya leluhur, Partinah mendapatkan dukungan dari program Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Batik GWP menjadi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang masuk di program BRIncubator pada 2019.
Batik GWP dibantu dalam pengembangan potensi usaha hingga pemasaran.
"Kemudian tahun 2022 kelompok kami mendapat dana CSR Rp 15 juta," ungkapnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.