Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kisah Pembatik Desa Girilayu, Matesih, Sang Penggores 'Malam' Sejak Awal Praja Mangkunegaran Solo

Tradisi membatik turun-temurun diwariskan oleh satu generasi ke generasi dibawahnya sejak sebelum Indonesia merdeka dan berkaitan dengan Mangkunegaran

Penulis: Imam Saputro
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Kisah Pembatik Desa Girilayu, Matesih, Sang Penggores 'Malam' Sejak Awal Praja Mangkunegaran Solo
Tribunnews/Wahyu Gilang Putranto
Satu di antara pelestari batik gaya Mangkunegaran adalah Desa Girilayu di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar. Desa Girilayu menjadi sentra perajin batik sejak zaman Mangkunegara I atau sekitar tahun 1775. 

Partinah mengungkapkan, proses membuat batik tulis membutuhkan waktu sekitar 6 hingga 8 bulan.

Proses pengerjaan yang membutuhkan waktu lama dan ketelitian itulah yang membuat harga batik tulis cukup mahal.

Untuk lembaran kain dengan ukuran panjang 2,6 meter dan lebar 1,2 hingga 1,5 meter dijual mulai harga Rp 600 ribu hingga Rp 3,5 juta.

Jadi suvenir andalan Kabupaten Karanganyar

Dengan kekhasannya, batik Desa Girilayu kini jadi langganan suvenir Pemerintah Kabupaten Karanganyar.

“Kami juga menerima pembuatan baju batik untuk dipakai sendiri maupun suvenir, pemkab beberapa kali pesan untuk suvenir, seringnya bentuk baju batik” kata Partinah.

Baju batik tersebut dikemas dalam wadah kardus menarik dan kekinian.

Suvenir baju batik Giri Wastra Pura
Suvenir baju batik Giri Wastra Pura (Kolase Tribunnews)
Berita Rekomendasi

Selain batik tulis, Partinah juga menerima pemesanan batik printing.

"Misal ada pesanan printing kami tetap menerima dan bekerja sama dengan yang lain, motif kami juga bisa yang kontemporer sembari menjaga yang khas seperti Tri Dharma" kata Partinah.

UMKM binaan BRI

Dalam perjalanannya melestarikan budaya leluhur, Partinah mendapatkan dukungan dari program Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Batik GWP menjadi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang masuk di program BRIncubator pada 2019.

Batik GWP dibantu dalam pengembangan potensi usaha hingga pemasaran.

"Kemudian tahun 2022 kelompok kami mendapat dana CSR Rp 15 juta," ungkapnya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas