Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Jaga Rupiah dan Tekan Keluarnya Modal Asing Jadi Alasan Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga

Ketidakpastian yang masih berlangsung terkait kondisi geopolitik di Timur Tengah memicu risiko kenaikan harga minyak dunia.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Jaga Rupiah dan Tekan Keluarnya Modal Asing Jadi Alasan Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga
dok. Kompas/Priyombodo
Bank Indonesia. Ketidakpastian yang masih berlangsung terkait kondisi geopolitik di Timur Tengah memicu risiko kenaikan harga minyak dunia. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan bulan ini lebih didorong oleh faktor eksternal, yang saat ini penuh dengan ketidakpastian, dibandingkan dengan kondisi domestik.

Kondisi ekonomi global yang masih belum menentu disebut membuat BI perlu melakukan langkah antisipatif di luar intervensi di pasar valuta asing untuk memperkuat kendali atas stabilitas Rupiah.

Kondisi ekonomi global itu seperti penguatan ekonomi AS yang meningkatkan risiko skenario 'higher-for-longer', di mana saat ini pasar menggeser ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan The Fed dari Jun-24 menjadi Sep-24.

Kemudian, ketidakpastian yang masih berlangsung terkait kondisi geopolitik di Timur Tengah yang memicu risiko kenaikan harga minyak dunia.

Baca juga: Selamatkan Nilai Tukar Rupiah, Bank Indonesia Dongkrak Suku Bunga Acuan Tangkal Risiko Global

Dari sisi inflasi, dalam jangka pendek, terutama di 1H24, inflasi diperkirakan akan tetap tinggi karena peningkatan inflasi pangan terkait dengan fenomena El Niño.

"Namun, pada 2H24, kami mengantisipasi bahwa tekanan dari inflasi pangan akan mulai berkurang," kata Josua dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews, dikutip Kamis (25/4/2024).

Berita Rekomendasi

Ia mengatakan, ketahanan eksternal dari sisi neraca perdagangan juga masih cukup kuat, sejalan dengan berlanjutnya surplus perdagangan hingga 1Q24, meskipun dalam tren yang menurun.

Josua melihat pelebaran defisit transaksi berjalan (CAD) tahun ini masih dalam level yang wajar dan terkendali.

"Oleh karena itu, kami melihat keputusan untuk menaikkan BI-rate di bulan April-24 terutama ditujukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah untuk memitigasi risiko imported inflation dan mengurangi arus keluar modal dari pasar portofolio," ujarnya.

Ke depan, arah kebijakan moneter BI terkait suku bunga kebijakan diperkirakan akan sangat bergantung pada perkembangan ekonomi global, terutama di AS dan Timur Tengah.

Sebelumnya, BI menyatakan bahwa keputusan untuk memangkas BI-rate tidak akan bergantung pada keputusan The Fed terkait suku bunga kebijakannya.

Namun, pada pertemuan 24 April, tone pernyataan BI tampaknya telah berubah.

"Kami mengantisipasi bahwa arah pergerakan BI-rate ke depan akan sangat dipengaruhi oleh arah pergerakan suku bunga acuan The Fed," kata Josua.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas