Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

PHK Makin Meluas, Usai Libas Industri Tekstil Kini Pekerja di Sektor Mebel dan Farmasi Pengangguran

Gejolak PHK terjadi di beberapa sektor perusahaan, selain industri tekstil tetapi sektor usaha mebel dan farmasi juga tengah bergejolak.

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in PHK Makin Meluas, Usai Libas Industri Tekstil Kini Pekerja di Sektor Mebel dan Farmasi Pengangguran
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Ilustrasi. Gejolak PHK terjadi di beberapa sektor perusahaan, selain industri tekstil tetapi sektor usaha mebel dan farmasi juga tengah bergejolak. 

"Depresiasi rupiah secara umum melemahkan produktivitas dan daya saing industri. Ini karena efek depresiasi rupiah terhadap berbagai industri relatif sama, yakni meningkatkan beban produksi existing," ujar Shinta.

Menurutnya, perusahaan-perusahaan yang memiliki kemampuan finansial yang terbatas atau memiliki market yang “vulnerable” atau dalam arti market share akan berkurang signifikan atau hilang sepenuhnya karena kompetisi pasar bila harga barang yg diproduksi meningkat) akan memiliki resiko PHK, pengurangan kapasitas produksi hingga penutupan usaha.

"Jadi pengurangan pekerja karena depresiasi rupiah sangat terbuka. Meskipun demikian, kami tidak memproyeksikan PHK akan dilakukan secara massif pada saat yg bersamaan dalam waktu dekat, kemungkinan PHK justru akan terjadi secara bertahap seiring dengan pelemahan kinerja usaha yg disebabkan oleh depresiasi rupiah," ucap Shinta.

Industri yang akan paling rentan mengalami PHK tentu adalah industri-industri yang memang sudah berusaha untuk bertahan di pasar, khususnya industri-industri padat karya berorientasi ekspor.

"Di satu sisi, mereka tidak memiliki demand pasar yang kuat karena pelemahan pertumbuhan ekonomi global," terang Shinta.

Padahal beban biaya operasional atau opex terus meningkat seiring dengan kenaikan upah, suku bunga dan beban-beban opex lainnya. Depresiasi rupiah, menurut Shinta, semakin menambah beban-beban opex ini dan berimbas pada penurunan daya saing industri tersebut di pasar ekspor.

"Untuk industri lain, yang juga vulnerable terdampak negatif produktivitasnya adalah industri-industri manufaktur yang memiliki proporsi impor bahan baku atau penolong yangg tinggi seperti industri mamin, industri automotif, industri produk elektronik, dan lain-lain," ujar Shinta.

BERITA TERKAIT

Shinta berujar, probabilitas terjadinya PHK di industri-industri tersebut jauh lebih kecil dibandingkan industri padat karya berorientasi ekspor karena basis pasar industri-industri ini umumnya adalah pasar domestik yang relatif stabil pertumbuhannya.

"Meskipun bila depresiasi rupiah terus berlanjut dan berimbas pada inflasi kebutuhan pokok masyarakat, ya tentu akan ikut turun juga potensi pasarnya dan membuat industri-industri manufaktur nasional yang berorientasi pasar domestik juga ikut tertekan kapabilitasnya untuk mempertahankan tenaga kerja existing," tuturnya.

Daftar 10 Perusahaan tekstil Lakukan PHK

13.800 pekerja di industri tekstil telah diberhentikan atau pemutusan hubungan kerja (PHK) dari 10 perusahaan sejak Januari-Juni 2024.

Berikut 10 perusahaan industri tekstil:

  1. PT S. Dupantex di Jawa Tengah PHK sekitar 700 pekerja.
  2. PT Alenatex di Jawa Barat PHK sekitar 700 pekerja.
  3. PT Kusumahadi Santosa di Jawa Tengah PHK sekitar 500 pekerja.
  4. PT Kusumaptura Santosa di Jawa Tengah sekitar 400 pekerja.
  5. PT Pamor Spinning Mills di Jawa Tengah PHK sekitar 700 pekerja.
  6. PT Sai Apparel di Jawa Tengah PHK sekitar 8.000 pekerja.
  7. PT Sinar Panca Jaya PHK sekitar 2.000 pekerja.
  8. PT Bitratex di Semarang sekitar 400 pekerja.
  9. PT Johartex di Magelang PHK sekitar 300 pekerja.
  10. PT Pulomas di Bandung sekitar 100 pekerja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas