Pertamina Tidak Naikkan Harga BBM Pertamax Series, Ini Kata Anggota Komisi VII DPR
PT Pertamina (Persero) menahan harga jual bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi pada 1 Agustus 2024.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menahan harga jual bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi pada 1 Agustus 2024.
Perusahaan migas berpelat merah ini sudah menahan harga BBM sejak Februari 2024.
Manager Corporate Communication Pertamina Patra Niaga Heppy Wulansari mengatakan, saat ini Pertamina masih menahan harga sembari memantau pergerakan harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah, yang mempengaruhi harga jual BBM.
"Pertamina Patra Niaga senantiasa mendukung kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas perekonomian dan daya beli masyarakat," ujar Heppy dalam keterangannya, Kamis (1/8/2024).
Keputusan diambil di tengah pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS.
Menurut laman resmi Pertamina, harga Pertamax masih Rp12.950 per liter untuk kawasan Jakarta serta Pulau Jawa.
Begitu pula dengan Pertamax Green 95 Rp13.900 per liter, Pertamax Turbo Rp14.400 per liter, Dexlite Rp14.550 per liter, dan Pertamina Dex Rp15.100 per liter.
Komisi VII DPR menanggapi soal harga BBM nonsubsidi ini.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno, menilai PT Pertamina sudah waktunya menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi seperti Pertamax series.
Eddy mengungkapkan, hal itu agar tidak semakin membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pasalnya, menurut Eddy, sejak Maret 2024 lalu, Pertamina sudah menahan harga meskipun ketika itu minyak dunia tengah melonjak dan nilai tukar sedang anjlok.
Eddy menuturkan, penaikan harga tersebut juga untuk menjaga agar keuangan Pertamina tetap stabil.
Sebab, lanjut Eddy, Pertamina membutuhkan dana untuk melakukan impor BBM dan harus menunggu waktu cukup lama sampai mendapatkan kembali kompensasi dari pemerintah atas BBM yang diimpornya tersebut.
"Ini membebani APBN dan cashflow (aliran keuangan) Pertamina. Penyesuaian harga Pertamax bisa dilakukan, agar tidak semakin membebani APBN dan kondisi keuangan perusahaan," ungkapnya, kemarin.
Namun, Eddy menyampaikan, penaikan atau penyesuaian harga BBM non subsidi itu bisa dilakukan dengan memperhatikan daya beli masyarakat saat ini.
Selain itu, lanjut Eddy, diharapkan agar kenaikan harga tersebut juga tidak memperlebar jarak harga antara BBM non subsidi dan BBM subsidi.
Eddy meminta, pengaturan pembelian BBM subsidi juga dilaksanakan segera, sehingga volume BBM subsidi bisa berkurang dan masyarakat dari kalangan mampu akan membeli BBM non subsidi.
"Perbedaan disparitas yang tidak terlalu lebar memang penting. Tetapi yang lebih penting adalah pengaturan agar pembelian BBM subsidi oleh kalangan publik yang masuk kategori tertentu saja, seperti masyarakat ekonomi lemah, UMKM, ojek, angkot dan sebagainya," ujarnya.
Sependapat dengan Eddy Soeparno, Anggota Komisi VII DPR RI Sartono Hutomo, juga mengaku sepakat jika Pertamina melakukan penyesuaian harga Pertamax series.
Sebab, menurut Sartono, jika Pertamina terus menahan harga, maka pemasukan negara berpotensi bisa berkurang karena profitabilitas Pertamina yang menurun.
Selain itu, Sartono juga mengingatkan bahwa kesehatan finansial Pertamina harus terjaga karena BUMN tersebut berperan penting menjaga ketahanan energi nasional.
“Sehingga penyesuaian harga BBM non subsidi diperlukan untuk menjaga stabilitas keuangan Pertamina,” katanya.
Oleh karena itu, Sartono mengungkapkan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi dan menyesuaikan harga BBM non subsidi.
Hal itu, menurut Sartono, untuk menjaga keseimbangan antara biaya produksi dan harga jual agar Pertamina dapat terus beroperasi secara sehat.
Sartono menyebutkan, penyesuaian harga juga akan membantu mencegah potensi kerugian negara yang lebih besar jika harga minyak dunia terus meningkat atau rupiah semakin terdepresiasi.
Namun demikian, Sartono juga meminta agar kenaikan harga BBM non subsidi harus dilakukan dengan bijak dan tetap memperhatikan daya beli masyarakat agar tidak terjadi gejolak sosial.
Sumber: TRIBUN BANTEN