AS Terancam Resesi, Pasar Saham Anjlok dan Harga Minyak Naik
asar saham dunia bertumbangan namun obligasi menguat di Asia pada hari Senin(5/8/2024) lantaran kekhawatiran Amerika Serikat akan menuju resesi.
Penulis: willy Widianto
Editor: Choirul Arifin
Analis di JPMorgan bahkan lebih keras lagi dalam analisinya, mereka memperkirakan kemungkinan resesi AS bakal terjadi sebesar 50 persen.
“Sekarang The Fed terlihat berada di belakang kurva, kami memperkirakan pemotongan sebesar 50 bp pada pertemuan bulan September, diikuti oleh pemotongan 50 bp lagi pada bulan November,” kata ekonom Michael Feroli dikutip Reuters, Senin(5/8/2024).
"Memang benar, ada kemungkinan untuk melakukan pelonggaran antar-pertemuan, terutama jika data semakin melemah meskipun para pejabat Fed mungkin khawatir tentang bagaimana langkah tersebut dapat disalahartikan," tambahnya.
Investor akan memperoleh gambaran tentang lapangan kerja di sektor jasa dari survei non-manufaktur ISM yang akan dirilis hari ini dan para analis memperkirakan rebound ke 51,0 setelah penurunan tak terduga di bulan Juni menjadi 48,8.
Minggu ini terdapat pendapatan atau pemasukan baru dari pemimpin industri Caterpillar (CAT.N) dan raksasa media Walt Disney (DIS.N) yang lebih banyak memberikan imbas cukup berpengaruh tentang keadaan konsumen dan manufaktur.
Yang juga melaporkan perkembangan baiknya adalah perusahaan kesehatan kelas berat seperti produsen obat penurun berat badan Eli Lilly (LYNN).
Baca juga: Inggris Cabut Bantuan Karena Resesi, Belasan Ribu Pengungsi Ukraina Jadi Gelandangan
Untuk penurunan besar dalam imbal hasil Treasury juga membayangi daya tarik dolar AS sebagai safe-haven dan menyeret mata uang tersebut turun sekitar 1% pada hari Jumat lalu.
Pada hari Senin, dolar turun 1,0% lagi terhadap yen Jepang di 144,99, sementara Euro bertahan kuat di $1,0920.
Franc Swiss adalah penerima manfaat utama yang beruntung dari serbuan risiko, dengan dolar mendekati posisi terendah enam bulan di 0,8533 franc.
“Pergeseran perkiraan perbedaan suku bunga terhadap AS telah melebihi penurunan sentimen risiko,” kata Jonas Goltermann, Wakil Kepala ekonom pasar di Capital Economics.
Baca juga: Daftar Maskapai Dunia yang Batalkan Penerbangan ke Israel dan Lebanon
“Jika narasi resesi benar-benar terjadi, kami memperkirakan hal itu akan berubah, dan dolar akan pulih karena permintaan safe-haven menjadi pendorong dominan di pasar mata uang," tambahnya.
Investor juga meningkatkan taruhannya bahwa bank sentral besar lainnya akan mengikuti jejak The Fed dan melakukan pelonggaran lebih agresif, dengan Bank Sentral Eropa (ECB) kini terlihat melakukan pemotongan sebesar 67 basis poin pada hari Natal.
Di pasar komoditas, emas turun kembali ke $2,434 per ounce, mungkin dirusak oleh investor yang mengambil keuntungan untuk menutupi kerugian di tempat lain. Pola serupa terlihat pada mata uang kripto ketika bitcoin dan ether keduanya melemah.
Harga minyak melambung di tengah kekhawatiran mengenai meluasnya konflik di Timur Tengah, meskipun kekhawatiran mengenai permintaan telah menyebabkan harga minyak sempat merosot ke posisi terendah dalam delapan bulan pada minggu lalu.
Kekinian harga minyak dunia Brent naik 27 sen menjadi $77,08 per barel, sementara minyak mentah AS naik 23 sen menjadi $73,75 per barel.(reuters)