Pengendalian Ganoderma Pemicu Kematian Tanaman Kelapa Sawit harus Dilakukan Terpadu
Ganoderma merupakan musuh bersama para pelaku usaha sawit dan di sisi lain jumlah penyuluh yang khusus menangani kelapa sawit amat sangat sedikit.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertemuan Roundtable Ganoderma Management ke-2 menyepakati perlunya gerakan terpadu dalam hal pengendalian Ganoderma yang melibatkan seluruh pelaku perkebunan kelapa sawit.
Selama ini, gerakan yang bersifat sporadis tidak akan bisa mengatasi perseoalan mengingat penularan selain melalui kontak akar di dalam tanah, Ganoderma juga menular dengan spora yang disebarkan melalui perantaraan air hujan, angin, kumbang ataupun binatang.
Ganoderma merupakan penyebab penyakit busuk pangkal batang dan busuk batang atas pada tanaman kelapa sawit.
Baca juga: Roundtable Ganoderma Management 2024 Bahas Penyakit Tanaman Sawit, Potensi Rugi Bisa Rp 20 Triliun
Ketua Umum Masyakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI), Darmono Taniwiryono mengatakan, Ganoderma merupakan musuh bersama para pelaku usaha sawit dan di sisi lain jumlah penyuluh yang khusus menangani kelapa sawit amat sangat sedikit.
"Mengatasi Ganoderma menghadapi hambatan besar karena jumlah petani sawit yang terlibat dari luasan 6,7 juta hektar dengan kepemilikan rata-rata 2-4 hektar per petani amat sangat banyak, dengan berbagai latar belakang pendidikan, pengetahuan, budaya dan kondisi ekonomi," kata Darmono dalam keterangannya, Senin (9/9/2024).
Langkah mengatasi gangguan ini telah dilakukan dengan mengadakan safari Ganoderma 3 telah berhasil dilakukan di dua tempat yaitu di Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara dan di Indragiri Hilir, Riau dari Tanggal 27 sampai dengan 31 Agustus 2024.
Kegiatan yang mendapatkan dukungan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) ini di antaranya meningkatkan kapasitas Petani dalam mengenal, mengrtahui cara penularan dan menanggulangi Ganoderma.
"Juga meningkatkan kewaspadaan bagi seluruh petani kelapa sawit dan pemangku kepentingan lainnya atas besarnya ancaman Ganoderma dan ikut serta dalam membangun keberlanjutan industri kelapa sawit Indonesia," katanya.
Selain itu juga diisi dengan pengenalan tanda dan gejala serangan dan pengendalian penyakit busuk pangkal batang dilakukan melalui presentasi dan praktek di lapangan, penunjukan video penyebaran spora yang terjadi secara masif dari tubuh buah Ganoderma membuat para peserta baik di Labuhan Batu Utara maupun di Indragiri Hilir merasa takjub dan meyakini bahwa ancaman serangan Ganoderma itu sangat amat nyata.
"Teknologi pengendalian Ganoderma melalui pendekatan terpadu pada saat ini sudah ditemukan, di mana pada saat kegiatan disosialisasikan kepada para petani," katanya.
Baca juga: Industri Perkebunan Sawit Atasi Penyakit Ganoderma dengan Plantation Key Technology
Ketiga komponen pengendalian terpadu tersebut terdiri dari peremajaan akar, aplikasi pupuk organik, dan bio fungisida yang di dalamnya mengandung isolat Trichoderma terpilih yaitu DT38 dan DT39.
Juga langkah peremajaan akar dilakukan dengan cara memutus sistem perakaran dengan menggali tanah di tepi piringan selebar 20 cm dengan kedalaman 25 sampai dengan 30 cm.
"Ke depan pembuatan parit peremajaan akar akan dibantu dengan peralatan mekanis dalam sistem robotik," katanya.
Terkait bahan organik yang diaplikasikan, petani lebih memilih berupa produk yang sudah jadi di mana mereka tidak perlu untuk mencari-cari sendiri.
Pada setiap pelaksanaan Safari Ganoderma MAKSI melibatkan 2 sampai 3 pendamping lapang agar mereka dapat meneruskan kegiatan sosialisasi serupa di desa atau wilayah lain, khususnya di Riau.
"Kami harapkan peserta kegiatan Safari Ganoderma dapat menyampaikan pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya kepada petani-petani kelapa sawit yang lain. MAKSI juga mengharapkan agar kegiatan sosialisasi pengenalan tanda dan gejala serangan penyakit, cara penularan penyakit, dan cara pengendalian penyakit mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah," katanya.