Tingkatkan Cadangan Devisa RI, Kemenperin Nilai Industri Nasional Perlu Dukungan Pembiayaan Murah
Ekspor bisa ditingkatkan saat industri pembiayaan juga mendukung dengan penurunan suku bunga pinjaman untuk industri
Penulis: Lita Febriani
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia mengungkap cadangan devisa turun 0,3 miliar dolar AS menjadi 149,3 miliar dolar AS, dari bulan Agustus sebanyak 150,2 miliar dolar AS.
Penurunan ini menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif, menyampaikan guna meningkatkan devisa bisa dilakukan dengan cara meningkatkan ekspor produk industri.
Baca juga: Bayar Utang Luar Negeri Pemerintah, Cadangan Devisa RI Menyusut
"Kalau untuk ekspor, kita lihat mana andalan ekspor kita, seperti industri logam, CPO atau minyak sawit dan beberapa lainnya," sebut Febri ditemui di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Senin (7/10/2024).
Sayangnya, ekspor baru ditingkatkan saat industri pembiayaan juga mendukung dengan penurunan suku bunga pinjaman untuk industri.
Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) dari 6,25 persen menjadi 6 persen.
"Kita masih menunggu pembiayaan bank setelah Bank Indonesia menurunkan suku bunga. Bank Indonesia menurunkan suku bunga tapi belum tentu diikuti oleh bank-bank yang memberikan kredit pada manufaktur, baik untuk investasi baru maupun kredit produksi," tutur Febri.
Jika kredit produksi dari perbankan ikut turun, Kementerian Perindustrian yakin bisa memicu produksi, terutama industri yang berorientasi ekspor.
"Furnitur kalau ekspor mereka butuh kredit untuk ekspor. Kredit itu harusnya jangan dengan bunga yang tinggi. Kami dapat informasi belum ada penurunan sejak BI turunkan suku bunganya. Perbankan masih belum menurunkan suku bunga, belum mengikuti BI," imbuh Jubir Kemenperin.