Profil Achmad Zaky, Pendiri Bukalapak, Kini Resmi Beralih Jualan ke Produk Virtual
Achmad Zaky merupakan salah satu pendiri e-commerce Bukalapak pada 2010.
Penulis: David AdiAdi
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM – Achmad Zaky, S.T merupakan pendiri perusahaan dagang berbasis digital Bukalapak.
Pria yang akrab disapa Zaky itu mendirikan e-commerce Bukalapak pada 2010, bersama rekannya Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono.
Namun, kini Bukalapak dikabarkan telah menutup layanan marketplace-nya dan akan berfokus pada layanan penjualan produk virtual.
Berikut rekam jejak Achmad Zaky.
Kehidupan Pribadi
Dilansir situs Wikipedia, Achmad Zaky lahir di Sragen, Jawa Tengah, pada 24 Agustus 1986.
Saat ini, ia telah berusia 38 tahun.
Achmad Zaky memiliki istri yang bernama Diajeng Lestari.
Ia telah dikaruniai dua orang anak.
Baca juga: Profil Willix Halim, CEO Bukalapak yang Resmi Tutup Layanan Marketplace Mulai 7 Januari 2025
Pendidikan
Achmad Zaky diketahui pernah mengenyam pendidikan di SMA Negeri 1 Surakarta.
Semasa SMA, ia mendapat kesempatan untuk mewakili sekolahnya di ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang komputer dan menang hingga tingkat nasional.
Lulus SMA, mantan pendiri Bukalapak itu melanjutkan studinya di jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung (ITB).
Di bidang akademis, Zaky sempat mendapat IPK 4.00 pada tahun pertama dan lulus dengan predikat cumlaude.
Zaky sempat meraih beasiswa studi ke Oregon State University dari pemerintah Amerika Serikat selama dua bulan pada tahun 2008.
Selain itu, ia juga pernah mewakili ITB dalam ajang Harvard National Model United Nations 2009.
Karier
Achmad Zaky mengawali karier dari keaktifannya di dunia teknologi dan entrepreneurship sewaktu kuliah di ITB.
Ia mendapatkan tawaran mengerjakan software quickcount pemilu dengan nilai 1,5 juta untuk sebuah stasiun televisi nasional.
Setelah lulus dari ITB, ia mendirikan perusahaan jasa konsultasi teknologi bernama Suitmedia.
Zaky juga pernah sempat mencoba untuk membuka usaha kuliner mi ayam sewaktu kuliah, namun pada akhirnya bangkrut.
Setelah itu, ia bersama dengan rekan-rekannya merintis Bukalapak mulai tahun 2010. Pada 2011, sudah ada sekitar 10.000 pedagang yang bergabung di Bukalapak.
Pertumbuhan Bukalapak yang sangat pesat menarik minat investor untuk menanamkan modal di Bukalapak.
Beberapa di antaranya adalah 500 Startups, Batavia Incubator, IMJ Investment, dan juga Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK Group).
Bersama dengan Nadiem Makarim (Founder & CEO PT Go-Jek Indonesia), dan William Tanuwijaya (Co-founder & CEO PT Tokopedia), dan Sigit Arifianto (CEO Lister), Zakky menjadi salah satu CEO Terpopuler Indonesia versi LinkedIn.
Achmad Zaky Mundur dari CEO Bukalapak
Setelah 10 tahun mendirikan dan menjadi CEO Bukalapak, Achmad Zaky memutuskan untuk mundur dari jabatan itu pada 6 Januari 2020.
Ia digantikan oleh mantan Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank Bukopin, Muhammad Rachmat Kaimuddin.
Mundurnya Zaky dari kursi CEO Bukalapak tentu mengejutkan banyak pihak.
Pasalnya, ia sempat mengkritik minimnya dana riset dan pengembangan dalam negeri untuk menyongsong industri 4.0.
Di samping itu, Bukalapak diduga juga terlibat dalam pendanaan untuk kelompok radikal semacam ISIS dan HTI lantaran menyalurkan donasi melalui ACT.
Hal itu yang membuat Zaky melepas jabatan sebagai CEO Bukalapak.
Terlepas dari kontroversi yang dilakukan Zaky dan Bukalapak, ia juga pernah mendapat Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya pada 21 Juli 2016 yang diserahkan langsung oleh Presiden RI ke-7 Joko Widodo.
Tanda Kehormatan ini merupakan penghargaan negara yang diberikan oleh Presiden atas jasa dan darma bakti seseorang kepada bangsa dan negara sehingga bisa dijadikan teladan bagi orang lain.
Baca juga: Lika-liku Bukalapak, 15 Tahun Beroperasi Kini Tutup Marketplace
Bukalapak Tutup Layanan Marketplace
Bukalapak yang merupakan salah satu perusahaan perdagangan berbasis digital di Indonesia mengumumkan pihaknya akan menutup layanan marketplace mulai Selasa (7/1/2024).
Dalam keterangan tertulis di blog resminya, penghentian operasional penjualan produk fisik (seperti barang elektronik, gadget, busana, dan sebagainya) di marketplace Bukalapak ini merupakan upaya transformasi untuk fokus pada produk virtual (seperti pulsa prabayar, token listrik, dan sebagainya).
"Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak," tulis Bukalapak di blog resminya.
Bukalapak merinci, pengguna masih dapat membuat pesanan hingga Kamis, 9 Februari 2025 pukul 23.59 WIB untuk produk fisik di Bukalapak.
Berikut daftar produk fisik yang masih dapat dipesan hingga 9 Februari 2025di Bukalapak:
- Aksesoris Rumah,
- Elektronik,
- Evoucher,
- Fashion Anak,
- Fashion Pria,
- Fashion Wanita,
- Food,
- Games,
- Handphone Hobi & Koleksi,
- Industrial,
- Kamera,
- Kesehatan Komputer,
- Logam Mulia,
- Luxury Media Mobil,
- Part & Aksesoris,
- Motor Olahraga,
- Perawatan & Kecantikan,
- Perawatan Rumah Tangga,
- Personal Care,
- Rumah Tangga,
- Sepeda,
- Tiket & Voucher,
- Vape.
Bukalapak juga memberikan informasi tambahan. Mulai 1 Februari 2025, fitur untuk menambahkan produk baru akan dinonaktifkan. Pelapak tidak dapat menambah produk baru setelah periode ini.
Fokus ke Produk Virtual
Setelah layanan marketplace ditutup, konsumen ke depannya hanya dapat melakukan transaksi produk virtual, di antaranya untuk produk:
- Pulsa Prabayar
- Paket Data
- Token Listrik
- Listrik Pascabayar
- Prakerja
- Bukasend
- Angsuran Kredit
- BPJS Kesehatan
- Air PDAM
- Telkom
- Pulsa Pascabayar
- TV Kabel & Internet
- Pajak PBB
- Penerimaan Negara
- Voucher Streaming
- Bayar Denda Tilang
- Bayar PPh Final
- Bayar PPN
- Bayar PPh 21
- Bayar SBN
- Bayar Bea
- BPJS Ketenagakerjaan
- BMoney Voucer
- Digital Emas.
(Tribunnews.com/David Adi)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.