Begini Skenario Puncak Kedua Wabah Corona yang Diwaspadai WHO
Para ahli penyakit menular hampir bisa memastikan bahwa wabah corona akan melonjak lagi saat musim panas berakhir.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
"Satu-satunya alasan nyata untuk mencoba dan meredam puncak ini adalah untuk mencegah kematian yang dapat dicegah, sehingga sistem perawatan kesehatan dapat menangani semua orang yang membutuhkannya dan memberi mereka peluang terbaik dengan hasil yang sehat," jelas Kelen, yang spesialisasinya pengembangan infeksi.
Itulah sebabnya begitu banyak rencana yang dilakukann untuk meratakan kurva.
Semakin stabil angka infeksi maka semakin mudah juga penanganannya.
Kondisi Wabah Corona di Amerika Latin Memprihatinkan
Otoritas kesehatan regional Amerika Latin dari WHO memperingatkan bahwa Covid-19 terus meningkat di sejumlah negara-negara ini.
Dikutip dari Al Jazeera, sejumlah negara berbahasa Latin dengan angka infeksi yang masih mengalami lonjakan antara lain Brasil, Peru, Chili, El Savador, Guatemala, dan Nikaragua.
Direktur WHO untuk Amerika dan Kepala Pan American Health Organization, Carissa Etienne mengatakan bahwa Brasil pekan lalu mencatat lonjakan infeksi tertinggi sejak wabah menyerang negara itu.
Kenaikan kasus infeksi itu terjadi selama tujuh hari.
Baca: Covid-19 Mencapai Tahap Kritis di Amerika Latin: Brasil, Peru, Chile, Meksiko, hingga Nikaragua
Baca: Serius Ingin Tampil di Piala Dunia U-20 Seperti Indonesia, Malaysia Panggil Pemain dari Amerika
Setidaknya 23.473 orang telah meninggal karena Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus, pada Selasa (26/5/2020) menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins.
Sementara Worldometers pada Kamis (28/5/2020) mencatat 414.661 kasus infeksi dan 25.697 kematian.
Meski angka infeksi terus naik hingga melampaui angka negara-negara Eropa, Presiden Brasil Jair Bolsonaro konsisten menolak jarak sosial.
Tingkat kematian harian Brasil sempat menjadi yang tertinggi di dunia pada Senin (25/5/2020).
Sebuah studi dari Universitas Washington memperingatkan bahwa jumlah korban tewas di negara itu bisa naik hingga lima kali lipat menjadi 125.000 pada awal Agustus.
"Baik Peru dan Chili juga melaporkan insiden tinggi, tanda bahwa transmisi masih meningkat di negara-negara ini," kata Etienne.
Peru telah melaporkan 135.905 kasus dan 3.983 kematian, sementara Chili telah mengkonfirmasi lebih dari 82.289 infeksi.
Selain itu, Senin lalu Chili melaporkan rekor 5.000 kasus baru pada beberapa waktu lalu, kini total kematiannya mencapai 841.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)