Dokter Terpapar Corona Semakin Banyak, 180 Orang Meninggal, IDI Minta Evaluasi Jam Kerja
- Jumlah tenaga medis, khususnya dokter yang meninggal terpapar Covid-19 kian hari makin bertambah. IDI minta evaluasi jam kerja.
Editor: Anita K Wardhani
Menurut Daeng, kondisi tersebut juga ikut berpengaruh pada beratnya penanganan medis di sisi hilir hingga
menyebabkan tumbangnya para dokter.
"Upaya ini [penanganan di hilir] harus terus dijaga dan ditingkatkan, serta memastikan perlindungan pada dokter dan petugas kesehatan lainnya [dari ancaman Covid-19]," terangnya.
Saran epidemiolog, Kemenkes Harusnya Bertindak
Sementara itu, epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan Satgas Covid-19 tak bisa melakukan tindakan apapun terkait kematian dokter di Indonesia.
Menurutnya, Kementerian Kesehatan yang harusnya melakukan audit dan pengawasan ketersediaan fasilitas penunjang untuk dokter di rumah sakit yang merawat pasien Covid-19.
"Satgas itu gak bisa ngapa-ngapain, satgas tidak punya kekuasaan apa-apa, makanya saya bilang tidak bisa melakukan pengawasan karena dia lembaga ad-hoc. Semestinya ada pengawasan oleh Kemenkes, tapi kan tidak juga dilakukan," kata Pandu, Senin (30/11/2020).
Pandu menyebut baik Satgas Covid-19 maupun Kemenkes harus meneliti penyebab kasus kematian dokter yang terus bertambah.
Menurutnya, bisa saja kematian para dokter karena kurangnya APD di rumah sakit, atau kurangnya tenaga medis sehingga beban kerja dokter maupun perawat semakin berat.
"Kalau pemerintah, harus mencari penyebab kenapa meninggal, harus dipelajari, apakah APD kurang, atau dokter kurang?
Sudah diusulkan dari pertama adalah melakukan audit setiap kematian dokter, tapi
Satgas ini enggak ngerti," ujarnya.(tribun network/rin/dod)