Lewat Buku Prof. Ari Fahrial, Masyarakat Diharapkan Memiliki Pemahaman Tepat Mengenai Covid-19
sebagian besar penderita Covid-19 memang mengalami gejala saluran pernapasan, seperti batuk, pilek, atau demam, tetapi tidak sedikit penderita yang me
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akademisi sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. dr. Ari Fahrial Syam mengatakan, masyarakat harus memiliki dasar pengetahuan dan pemahaman yang tepat mengenai Covid-19 agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi pandemi ini.
Prof Ari pun mengaku prihatin, infeksi Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun 2019 menyebar dengan pesat ke seluruh dunia hingga mendorong WHO untuk menyatakan situasi ini sebagai pandemi.
Hal itu disampaikan Prof Ari saat membahas buku 'Goresan di Tengah Kesibukan Jilid 5: Berbagai Catatan Seputar Pandemi Global Covid-19 di Indonesia'.
"Di Indonesia, pemerintah mengumumkan kasus positif Covid-19 untuk pertama kalinya di bulan Maret 2020. Sejak saat itu, perubahan dalam berbagai aspek kehidupan terjadi dan masyarakat didorong untuk beradaptasi," kata Prof. Ari Fahrial dalam keterangan yang diterima, Rabu (3/2/2021).
Dokter Spesialis Penyakit Dalam ini mengatakan, sebagian besar penderita Covid-19 memang mengalami gejala saluran pernapasan, seperti batuk, pilek, atau demam, tetapi tidak sedikit penderita yang mengalami gejala di organ lain, seperti saluran pencernaan, bahkan mata dan kulit.
Isu terkait penggunaan deksametason sebagai terapi untuk pasien Covid-19 turut dibahas.
Penelitian menunjukkan deksametason terbukti efektif menurunkan angka kematian pasien-pasien Covid-19 kategori berat atau kritis.
"Namun, obat ini menimbulkan efek samping yang tidak sedikit sehingga pemberiannya harus berdasarkan resep dan arahan dokter. Ini tampaknya menjadi hal yang patut diketahui oleh masyarakat agar mereka tidak sembarang membeli dan mengonsumsi deksametason," tutur Prof. Ari Fahrial.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Buatan Rusia Sputnik V Diklaim 91,6% Efektif, Tidak Ada Efek Samping yang Merugikan
Selain dari sisi medis, buku ini juga membahas sisi politik penanganan pandemi Covid-19.
Prof. Ari juga menjelaskan, berbagai upaya dan kebijakan pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus corona, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan penerapan protokol kesehatan, serta dilema dan tantangan yang dihadapi dalam penerapan kebijakan-kebijakan tersebut.
Buku ini juga mengajak pembaca untuk mengenal konsep 'new normal' dan 'herd immunity'. Istilah new normal menjadi penting untuk dipahami mengingat masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa 'new normal' berarti 'sudah normal'.
"Anggapan ini membuat masyarakat lalai dalam menjalankan protokol kesehatan. Padahal makna sebenarnya dari konsep ini adalah mengajak masyarakat untuk kembali beraktivitas secara produktif dengan tetap menjalankan protokol kesehatan," ujar Prof. Ari.
Begitu pula dengan herd immunity. Istilah ini patut dipahami mengingat saat ini seluruh dunia, termasuk Indonesia sedang mencanangkan pemberian vaksin Covid-19.
Pemahaman mengenai konsep herd immunity dapat membantu masyarakat menyadari pentingnya pemberian vaksin dalam mengendalikan penyebaran virus corona.
"Saya berharap kehadiran buku ini dapat menjadi sumber informasi yang tepat bagi masyarakat, baik tenaga medis maupun nonmedis dalam memahami seluk-beluk dan meluruskan berbagai mitos seputar pandemi Covid-19," kata Prof. Ari.
Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Saleh Husin mengapresiasi buku yang dipaparkan oleh Prof Ari tersebut.
"Saya mengapresiasi atas upaya yang telah dilakukan Pak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Ari Fahrial atas terbitnya buku ini sehingga dapat menambah wawasan dan pemahaman masyarakat secara luas termasuk tenaga medis terkait berbagai isu tetang pandemi Covid-19," jelasnya.