Epidemiolog: Mucormycosis Belum Bisa Disebut Sebagai Epidemi
Ia kemudian menjelaskan bahwa Mucormycosis bukan merupakan penyakit yang muncul 'baru-baru' ini.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
Terkadang, dokter harus mengangkat mata yang terinfeksi melalui tindakan pembedahan untuk menghentikan infeksi ini agar tidak mencapai otak.
Penyakit ini memiliki kaitan erat dengan diabetes dan kondisi yang terkait dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.
Para ahli mengatakan bahwa penggunaan obat secara berlebihan yang menekan sistem kekebalan tubuh selama pandemi virus corona (Covid-19) dapat menyebabkan lonjakan kasus infeksi tersebut.
Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa Mucormycosis memiliki angka kematian sebesar 54 persen, tergantung pada kondisi pasien dan bagian tubuh mana yang terkena.
Pada hari Sabtu lalu, Menteri Bahan Kimia dan Pupuk Federal India, Sadananda Gowda mengatakan bahwa hampir 9.000 kasus ini telah dilaporkan terjadi di India dalam beberapa pekan terakhir.
Sebagian besar ditemukan pada orang yang terinfeksi Covid-19 atau sedang dalam masa pemulihan dari penyakit tersebut.
Padahal sebelum muncul pandemi Covid-19, negara itu mencatat kurang dari 20 kasus ini dalam setahun.
Mucormycosis pun telah menyebabkan banyak rumah sakit di India kekurangan Amphotericin B, obat yang biasa digunakan untuk mengobati pasien dengan kondisi tersebut.
Gowda memang tidak menyebutkan jumlah kematian akibat kasus infeksi ini, namun media lokal menyebut ada lebih dari 250 orang meninggal karena Mucormycosis.
Lalu apakah penyakit ini bisa menular?
Mucormycosis tergolong sebagai penyakit yang tidak menular, artinya tidak dapat menyebar melalui kontak antara manusia maupun hewan.
Kendati demikian, penyakit ini tetap perlu diwaspadai karena dapat menyebar dari spora jamur yang ada di udara atau di lingkungan sekitar, yang hampir tidak mungkin dihindari oleh manusia.
Seperti yang disampaikan Kepala Rumah Sakit Khusus Mata Narayana Nethralaya, K Bhujang Shetty.
"Bakteri dan jamur sebenarnya sudah ada dalam tubuh kita, tetapi mereka terus diperiksa oleh sistem kekebalan tubuh. Ketika sistem kekebalan turun karena pengobatan kanker, diabetes atau penggunaan steroid, maka organisme ini berpeluang untuk berkembang biak," kata Shetty.