80 Persen Penderita Covid-19 OTG dan Gejala Ringan, Simak Tips Isolasi Mandiri dari Epidemiolog
Temuan kasus Covid-19, 80 persen diantaranya hanya menunjukkan gejala ringan, bahkan diantaranya juga banyak yaang OTG dan gejala ringan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Munculnya varian baru virus corona (Covid-19) B.1.6107.2 (Delta) memang memunculkan kekhawatiran bagi masyarakat di tengah melonjaknya kasus positif Covid-19 secara signifikan selama beberapa pekan terakhir.
Terlebih saat ini pemerintah juga menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang dimulai sejak 3 Juli dan akan berakhir hingga 20 Juli mendatang.
Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan bahwa mewaspadai virus ini memang sangat penting.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Epidemiolog: Waspada Penting, Tapi Panik Tidak Boleh
Baca juga: Penderita Covid-19 OTG dan Gejala Ringan Corona di Australia, Hanya Perlu Paracetamol dan Obat Batuk
Namun ia mengingatkan masyarakat untuk tidak panik dalam menghadapi situasi pandemi ini.
"Waspada penting, tapi panik tidak boleh," ujar Dicky, kepada Tribunnews, Selasa (6/7/2021).
Ia kemudian menjelaskan bahwa dari banyaknya temuan kasus Covid-19, mayoritas atau 80 persen diantaranya hanya menunjukkan gejala ringan, bahkan diantaranya juga banyak yang masuk dalam kategori Orang Tanpa Gejala (OTG).
Penderita Covid-19 dengan risiko rendah ini, kata dia, cukup melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah.
"80 persen itu ya banyaknya tidak bergejala atau gejalanya ringan, sehingga mereka cukup isolasi mandiri," ujar Dicky, kepada Tribunnews, Selasa (6/7/2021).
Sementara itu sisanya, yakni 20 persen dari total penderita Covid-19 di dunia masuk dalam kategori sedang hingga berat.
Sehingga tentunya akan membutuhkan perawatan di rumah sakit.
"Ini adalah penyakit yang 20 persen dari penderitanya akan membebani atau memerlukan perawatan rumah sakit," jelas Dicky.
Lalu sebagian kecil atau 5 persen diantaranya akan mengalami kondisi yang memerlukan perawatan intensif di ruang ICU.
"5 persen (diantaranya) akan memerlukan ICU," kata Dicky.
Lalu apa yang harus dilakukan penderita Covid-19 yang masuk kategori OTG atu gejala ringan ?
Sebelumnya, Dicky sempat menyampaikan bahwa mereka yang masuk dalam kategori risiko rendah covid-19 tidak perlu panik dan mengkonsumsi berbagai macam obat kimia maupun produk makanan dan minuman yang diklaim 'anti Covid-19'.
"Untuk yang isoman, (kategori) tidak bergejala atau gejala ringan, tidak ada faktor risiko, jangan panik apalagi konsumsi beragam obat dan produk makanan serta minuman," papar Dicky, dalam akun Twitternya, Senin (5/7/2021).
Ia kemudian menyarankan agar mereka yang OTG atau bergejala ringan melakukan isoman dengan tetap menerapkan sejumlah hal.
Mulai dari mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang, banyak mengkonsumsi air putih, mengkonsumsi buah-buahan yang tidak memiliki getah, hingga berkumur menggunakan air garam hangat.
"Banyak minum, makan gizi seimbang dan buah tidak bergetah, istirahat, olah nafas, kumur air garam hangat dan ligasi hidung, (minum) obat demam atau batuk," kata Dicky.
Dicky pun menekankan bahwa saat ini banyak oknum yang mencari keuntungan dengan mengklaim bahwa produk yang mereka jual dapat 'menyembuhkan' pasien dari virus tersebut.
Sehingga ia meminta masyarakat untuk berpikir cerdas dan tidak 'menelan' informasi dan meyakini klaim tersebut sepenuhnya.
"Jangan percaya pada segala produk yang mengaku anti Covid-19 atau dapat menyembuhkan Covid-19, sebagian orang memanfaatkan kepanikan untuk cari keuntungan," jelas Dicky.
Lebih lanjut dirinya menambahkan bahwa melakukan kegiatan olah raga sangat baik selama periode krisis Covid-19 yang diprediksi berlangsung hingga September mendatang.
Karena selain mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang, olah raga dianggap sebagai salah satu cara untuk menjaga kebugaran tubuh.
Namun demikian, ia kembali mengingatkan agar masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan dan menghindari faktor-faktor yang dapat berpotensi menjadi sarana penularan virus.
"Olah raga di rumah saja selama periode krisis ini (Juli-September), sehat dan bugar penting, tapi harus hindari potensi penularan," pungkas Dicky.