Epidemiolog: Dampak Signifikan Dari PPKM Belum Terjadi, Situasi Masih Kritis
Dicky Budiman mengatakan dampak kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Indonesia belum menunjukkan hasil yang signifikan.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan dampak kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Indonesia belum menunjukkan hasil yang signifikan.
Walaupun pemerintah menyebut ada angka penurunan kasus, itu juga karena testing yang menurun.
Dicky mengatakan hampir seluruh wilayah di Indonesia, berdasarkan laporan WHO penambahan kasusnya lebih dari 50 persen dalam sebulan terakhir ini.
“Itu menunjukkan situasi saat ini masih sangat kritis. Bahkan jika dibandingkan tahun lalu atau bulan-bulan lalu di tahun 2021, saat ini laju penyebaran virus sangat tinggi, Ini sangat mengkhawatirkan,” kata Dicky kepada Tribunnews.com, Minggu (25/7/2021).
Covid-19 varian delta membuat penyebarannya sangat cepat dan tak dipungkiri kemungkinan ada varian virus lainnya.
Baca juga: PPKM Darurat Segera Berakhir, Pemerintah Diminta Dengarkan Berbagai Masukan
Ini memberikan ancaman terhadap tingginya angka hunian rumah sakit.
Bukan hanya itu, angka kematian pun tinggi, baik pasien di fasilitas layanan kesehatan maupun yang menjalani isolasi mandiri.
“Kita melihat angka kematian yang selalu di atas 1.000 ini, menunjukkan bahwa situasi sangat serius. Karena kematian adalah indikator keparahan dari situasi pandemic di suatu negara,” kata Dicky.
Dengan indikator kematian tersebut, tidak logis menurutnya jika pada beberapa waktu terakhir tren angka kasus harian menurun jauh dibawah 100.000, mengingat banyaknya jumlah penduduk Indonesia.
Baca juga: Pemadaman Lampu Imbas PPKM di Medan, Begal Merajalela, Seorang Pengendara Motor Jadi Korban
Artinya masih banyak kasus di tengah masyarakat yang belum terdeteksi.
Karena itu, jika PPKM Daruarat terpaksa dilonggarkan, maka menurutnya pemerintah harus mencari opsi solusi berupa kompensasi terhadap situasi yang masih serius ini.
“Dengan cara apa? Meningkatkan testing setidaknya satu juta. Tidak mesti PCR, testing bisa dengan rapid test antigen, bahkan sekarang sudah ada yang harganya di bawah 5 dollar," katanya.
Testing perlu ditingkatkan melalui pola yang aktif di masyarakat.
Menurutnya, testing sebagai satu jalan pendukung pengendalian pandemi yang efektif, meskipun tidak ada PPKM maupun PSBB.