Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kemunculan Varian Covid-19 XE Masih Perlu Diteliti

Di tengah melandainya kasus Covid-19 di Indonesia, muncul varian Covid-19 hybrid XE yang merupakan kombinasi antara Omicron BA.1 dan BA.2.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Kemunculan Varian Covid-19 XE Masih Perlu Diteliti
Shutterstock
Ilustrasi Covid-19. Kemunculan Varian Covid-19 XE Masih Perlu Diteliti 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Di tengah melandainya kasus Covid-19 di Indonesia, muncul varian Covid-19 hybrid XE yang merupakan kombinasi antara Omicron BA.1 dan BA.2.

Varian itu ditengarai lebih menular daripada BA.2, tapi WHO mengatakan perlu penelitian lebih lanjut.

Di Inggris subvariant XE itu pertama kali dideteksi pertengahan Januari 2022 dan sampai 22 Maret 2022 sudah dideteksi 763 sampel XE. Kemudian ada di Tiongkok dan terbaru di Thailand.

Baca juga: Satgas: Varian Baru Covid-19 XE 10 Persen Lebih Menular dari Omicron BA 2

Baca juga: Varian Baru Covid-19 XE Ditemukan di Inggris, Ini 4 Hal yang Perlu Diketahui

Merespons hal itu, pakar ilmu kesehatan dari Fakultas Ilmu Kedokteran (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyatakan, jumlah kasus XE masih sedikit maka belum ada bukti ilmiah yang pasti tentang dampaknya terhadap situasi pandemi Covid-19.

Para pakar dunia masih terus meneliti tentang ada tidaknya dampak tiga X ini pada berat ringannya penyakit, atau kemungkinan dampak pada alat diagnosis, obat dan juga vaksin.

"Tiga X ini adalah yang pertama dan ke dua adalah XD dan XF, merupakan rekombinasi dari varian Delta dan varian Omicron BA.1," kata Tjandra dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/4/2022).

BERITA TERKAIT

Sampai akhir Maret 2022 ada sekitar 49 kasus XD di dunia, sebagian besar di Perancis. Sementara itu, dilaporkan sedikitnya ada 38 kasus XF di Inggris.

Saat ini lebih banyak dibicarakan adalah “X” yang ke tiga, yaitu XE, merupakan gabungan dari varian Omicron BA.1 dan BA.2. Varian XE memang diperkirakan 10 persen lebih mudah menular.

Perlu diketahui mutasi, varian baru dan rekombinasi dapat saja terjadi pada virus pada umumnya dan pada SARS CoV2 penyebab Covid-19.

"Rekombinasi memang dapat saja terjadi, not an unusual occurrence, khususnya bila di populasi ada berbagai varian yang beredar," tuturnya.

Namun ia menegaskan, adanya mutasi, varian baru dan atau rekombinasi belum tentu punya dampak pada manusia.

"Sebagian besar malah tidak ada dampaknya dan akan hilang, disebut sebagai most die off relatively quickly," terangnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas