Penerima Vaksin Janssen Sulit Dapatkan Booster, Pemerintah Diminta Turun Tangan
Pemakai vaksin Janssen hanya disuntikkan satu dosis saja. Akibatnya saat akan mendaoatkan booster, mereka kesulitan. Pemerintah diminta turun tangan.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator tim vaksinasi disabilitas Organisasi Harapan Nusantara (OHANA), Nuning Suryatiningsih, mengatakan warga penerima Vaksin Janssen di Waingapu, Sumba, NTT, kesulitan bepergian karena hanya menerima satu dosis vaksin.
Mereka selalu ditanya tentang dosis kedua dan booster saat harus ke luar kota.
Pun saat mengajukan booster, mereka akan diminta menunjukkan bukti telah mendapat vaksin kedua.
Baca juga: Sebagian Masyarakat Penerima Vaksin Janssen Kesulitan Dapatkan Booster, Ini Penyebabnya
Baca juga: Pemerintah Perlu Pertimbangkan Pemberian Vaksinasi Janssen di Luar Jawa, Ini Alasannya
Padahal kebanyakan dari mereka menggunakan vaksin Janssen yang memang hanya disuntikkan satu dosis saja. Berbeda dengan vaksin jenis lain.
“Saat ingin mendapatkan vaksin dosis kedua dan menanyakan ke dinas kesehatan setempat, tapi tak ada jawaban menjadi solusi,” kata Nuning pada keterangan resmi, Jumat (8/4/2022).
Indonesia memiliki beberapa vaksin Covid-19 sekali suntik. Dua di antaranya adalah Vaksin Janssen dan Vaksin Convidecia.
Vaksin Janssen banyak diberikan kepada masyarakat adat dan kelompok rentan.
Di antaranya seperti penyandang disabilitas, serta warga di wilayah terpencil.
Pertimbangannya, vaksin ini efisien karena hanya perlu satu dosis sehingga mempermudah mereka dalam mengakses vaksinasi, tanpa perlu bolak-balik ke lokasi penyuntikan.
Menurut Nuning, vaksin sekali suntik menjadi tumpuan penyandang disabilitas karena mereka juga tak perlu dua kali ikut vaksin. Penyelenggara vaksinasi juga tak perlu dua kali menggelar vaksinasi.
Berdasar atas pengalaman di Bantul, Yogyakarta, pada Agustus tahun lalu, dibutuhkan persiapan panjang, tempat khusus, dan tenaga tambahan untuk menggelar vaksinasi bagi kalangan disabilitas.
Salah satunya sosialisasi khusus bagi penyandang disabilitas. Sebab, selama ini mereka kurang terpapar informasi yang jernih. Tempat vaksinasi juga harus mudah diakses bagi beragam penyandang disabilitas.
Belum lagi, diperlukan tenaga penerjemah bahasa isyarat agar komunikasi antara vaksinator dan penerima vaksin berjalan lancar.
“Dengan vaksin sekali suntik, maka mempermudah kerja vaksinasi jadi setengahnya,” kata Nuning menambahkan.