Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menteri Pariwisata Malaysia: Jangan Bereaksi Berlebihan Terhadap Pelancong dari China

Tiong menyampaikan bahwa belum ada kasus Covid-19 yang dilaporkan dari para pelancong, termasuk mereka yang datang dari China.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Menteri Pariwisata Malaysia: Jangan Bereaksi Berlebihan Terhadap Pelancong dari China
REUTERS/Thomas Peter
Antrean panjang di luar kantor imigrasi di Beijing pada hari ini, Senin (9/1/2023), untuk memperbarui paspor setelah China membuka kembali perbatasannya. Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya Malaysia Tiong King Sing memperingatkan masyarakat untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap pelancong yang datang dari China 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Di tengah kekhawatiran terkait situasi virus corona (Covid-19) di China, Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya Malaysia Tiong King Sing memperingatkan masyarakat untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap pelancong yang datang dari negara itu.

Ia menyampaikan bahwa menerapkan tindakan khusus terhadap pelancong dari China pada saat kedatangan mereka di titik masuk internasional Malaysia, bukan merupakan hal yang adil.

"Beberapa pihak mengatakan kita tidak boleh mengizinkan pelancong dari China masuk ke Malaysia. Saya ingin meminta agar orang-orang tidak bereaksi berlebihan. Kita tidak dapat menerapkan kontrol khusus pada wisatawan China, itu tidak adil," kata Tiong.

Baca juga: Jelang Tahun Baru Imlek, WHO Kembali Soroti Data Covid-19 China

Selain menekankan bahwa pemerintah akan memastikan kesehatan masyarakat sebagai prioritas, Tiong menyampaikan bahwa belum ada kasus Covid-19 yang dilaporkan dari para pelancong, termasuk mereka yang datang dari China.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (13/1/2023), secara terpisah, berbicara kepada wartawan pada Kamis kemarin, Menteri Kesehatan Malaysia Zaliha Mustafa mengatakan bahwa situasi Covid-19 masih terkendali dan sejauh ini pemerintah tidak perlu menutup perbatasan.

"Situasi Covid-19 terkendali dan kesadaran masyarakat masih baik, pada tingkat yang tinggi. Dengan demikian situasinya tidak menuntut kami untuk menutup perbatasan," kata Dr Zaliha.

BERITA TERKAIT

Ia kemudian menuturkan bahwa tidak ada kasus infeksi atau gejala yang terdeteksi di titik masuk perbatasan, meskipun Malaysia telah menerima kedatangan sekitar 7.000 pelancong dari China sejak 8 Januari lalu.

Baca juga: Warganya Didiskriminasi, China Balas dengan Tangguhkan Visa Turis Asal Korea Selatan dan Jepang

Kendati demikian, Dr Zaliha menekankan bahwa pemerintah telah mengambil tindakan pencegahan dengan menerapkan pendekatan tertentu di pos pemeriksaan negara untuk menekan penularan infeksi.

Pada Selasa lalu, Departemen Imigrasi Malaysia mengatakan akan mengoperasikan jalur khusus untuk pelancong dari China di titik masuk internasionalnya.

Wakil Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Dr Norhayati Rusli menyampaikan bahwa para pelancong yang diduga positif terinfeksi Covid-19 akan dirujuk ke pejabat Kementerian Kesehatan yang ditempatkan di lokasi.

Sebelumnya, semua pelancong yang memasuki Malaysia diwajibkan untuk menjalani pemeriksaan suhu tubuh.

Mereka yang ditemukan tengah mengalami demam, bergejala atau telah menyatakan sendiri gejalanya akan dikirim ke pusat karantina atau ke otoritas kesehatan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Pada hari Minggu lalu, Free Malaysia Today melaporkan bahwa Tiong mengatakan kementeriannya akan menempatkan petugas yang fasih berbahasa Mandarin di semua bandara internasional di Malaysia.

Baca juga: Jepang Mulai Wajibkan Tes Covid-19 Negatif untuk Pelancong dari China

Hal ini dilakukan untuk membantu pelancong China yang tidak dapat berbicara bahasa Inggris.

Tiong sebelumnya menyarankan agar jalur khusus dibuat di bandara internasional untuk membantu mempercepat proses kedatangan pelancong dari China.

Pekan lalu, Perdana Menteri (PM Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan bahwa keputusan pemerintahannya untuk memperketat kontrol perbatasan di tengah kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 tidak dimaksudkan untuk mendiskriminasi satu negara.

Pada Desember 2022, Dr Zaliha menyampaikan bahwa para pelancong yang telah ke China dalam waktu 14 hari terakhir kedatangan mereka ke negara itu perlu menjalani tes antigen cepat (rapid test antigen).

Sedangkan bagi mereka yang telah melakukan kontak erat dengan orang-orang yang telah melakukan perjalanan ke China dalam 14 hari terakhir, atau menunjukkan penyakit seperti influenza atau infeksi pernafasan akut yang parah juga perlu dites Covid-19.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas