Kunjungi Pabrik Tepung Singkong di Bangka, Gobel: Industri Pangan Signifikan Entaskan Kemiskinan
Gobel mengunjungi pabrik tepung singkong yang bermerek Gunung Pelawan, produksi PT Langit Bumi Lestari, di Pangkal Pinang, Bangka Belitung.
Editor: Content Writer
“Jadi sangat bagus untuk mengontrol kadar gula di dalam tubuh,” katanya.
Baca juga: Bertemu Parlemen Swedia, Komisi IV DPR Bahas Pangan Hingga Lingkungan Hidup
Gobel mengatakan, banyak orang tidak menyadari bahwa tepung singkong dan modifikasi tepung singkong merupakan bahan sangat penting dalam berbagai produk makanan seperti bakso, nuget, mi, dan beragam produk makanan lainnya.
“Karena itu tanpa terasa kita menjadi importir besar untuk tepung singkong,” katanya.
Pada sisi lain, ada banyak negara yang merupakan nett importir atau importir besar tepung singkong seperti Jepang, Filipina, China, dan lain-lain. Tepung singkong juga bisa menjadi bahan kertas, plastik organik, sedotan, dan beragam wadah.
“Jadi selain untuk ketahanan pangan nasional, singkong juga bisa menjadi penghasil devisa,” katanya.
Membangun pertanian pangan, kata Gobel, juga bagian dari pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja yang besar, dan membangun kesejahteraan masyarakat.
“Saya sudah uji coba bertanam singkong di Gorontalo. Hasilnya luar biasa. Per batang bisa 25 sampai 30 kg. Padahal biasanya sekitar 2 sampai 8 kg saja. Jadi ini sangat layak untuk dikembangkan. Yang penting dibangun ekosistemnya sehingga pupuk tersedia, lahan tersedia, pendanaan tersedia, dan penyerapannya terjamin. Insya Allah ini bisa menjadi solusi banyak hal,” katanya.
Selain memproduksi tepung singkong, perusahaan ini juga memproduksi tepung sagu. Dari tepung sagu ini, mereka memproduksi mi dari tepung sagu, yang gluten free dan indeks glikemik sangat rendah, sehingga sangat baik bagi kesehatan.
“Tepung singkong dan tepung sagu jauh lebih sehat buat tubuh karena kandungan glikemik yang rendah dan juga gluten free,” kata Fitrianto, pemilik pabrik tersebut.
Fitrinto mengatakan, pabrik tepungnya sudah menerapkan green industry, zero waste concept (bebas sampah), self sufficiency energy (swasembada energi), dan recycle water usage (daur ulang limbah).
"Limbah cairnya dijadikan biogas yang menghasilkan 1 megawatt. Listrik di pabrik ini dari biogas tersebut,” katanya.
Sedangkan limbah padatnya digunakan untuk pakan sapi, sehingga di belakang pabrik terdapat peternakan sapi. Selain itu, di lahan pabrik seluas 40 hektare tersebut juga ditanami indigofera sehingga kawasan itu menjadi hijau. Daun indigofera ini sangat baik untuk pakan sapi.
“Sapi menjadi tumbuh lebih cepat dan gemuk,” katanya. Selain itu juga dibangun kolam-kolam penampungan air.