Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terpeleset di Masjidil Haram, Jemaah Haji Lansia Asal Indonesia Alami Patah Tulang

Di hari ke-14 penyelenggaraan haji, KKHI Makkah sudah menangani lima kasus jemaah haji yang terjatuh dan mengalami cedera.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Terpeleset di Masjidil Haram, Jemaah Haji Lansia Asal Indonesia Alami Patah Tulang
Abdel Ghani BASHIR / AFP
Umat Muslim berkumpul di depan Ka'bah di Masjidil Haram di kota suci Mekkah Arab Saudi untuk menghadiri sholat Idul Fitri pada 2 Mei 2022. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah jamaah haji lanjut usia tahun ini paling tinggi jika dibandingkan 4 tahun terakhir yakni sebanyak 66.943 orang atau sekitar 45,7 persen.

Dengan tingginya angka jemaah haji lansia maka risiko timbulnya masalah kesehatan juga meningkat.

Masalah kesehatan tidak hanya berupa penyakit, namun juga bisa berupa risiko cedera akibat jatuh saat menjalani ibadah.

Hingga penyelenggaraan haji di hari ke-14, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah sudah menerima jemaah haji yang mengalami cedera karena jatuh sebanyak lima kasus. 

Selasa, 6 Juni 2023 KKHI Makkah kembali menerima jemaah haji yang mengalami cedera karena terjatuh. 

Dahlia Binti Awi jemaah haji asal kloter JKS 4 yang berusia 70 tahun mengalami patah tulang di pergelangan tangan kanan. 

Berita Rekomendasi

Dahlia mengaku terpeleset saat menjalankan ibadah di Masjidil Haram.

“Saya terpeleset saat berjalan di Masjidil Haram. Kata dokter tulang saya patah dan butuh dioperasi. Tapi saya tidak mau dioperasi,” kata Dahlia pada keterangannya, Kamis (8/6/2023). 

Baca juga: Jemaah Lansia Ada yang Mengalami Demensia di Makkah, Sebaiknya Jangan Punya Pikiran Berat

Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT (K) dokter spesialis orthopedi di KKHI Makkah menjelaskan pasien mengalami patah tulang di bagian distal radius atau pergelangan tangan disertai dengan pergeseran tulang atau dislokasi. 

Prosedur tetap penanganan kasus ini adalah melalui operasi pemasangan pen.

Opsi kedua yang disarankan oleh dr. Sakti dalam penanganan kasus tersebut yaitu dengan reposisi tulang lalu dilanjutkan dengan pemasangan gips.

“Sebenarnya protapnya harus dilakukan operasi pemasangan pen, hanya saja pasien menolak. Oleh karenanya diambil opsi kedua yaitu mengembalikan tulang ke posisinya kemudian dipasang gips,” ungkap dr. Sakti.

dr. Sakti menyampaikan bahwa lama penyembuhan kasus ini sangat berkaitan dengan usia. 

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas