Cerita Timwas DPR Dapati Jemaah Haji Sembelit Hingga Terpaksa Buang Air Kecil di Lorong Tenda
Wisnu yang juga merupakan anggota Pansus Hak Angket Haji tersebut juga mengungkapkan temuannya baik dari sisi makanan, toilet, maupun penginapan.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Tim Pengawas Penyelenggaraan (Timwas) Haji 2024 DPR dari Fraksi PKS, Wisnu Wijaya Adiputra, membeberkan sejumlah temuannya saat penyelenggaan Haji 2024.
Wisnu yang juga merupakan anggota Pansus Hak Angket Haji 2024 DPR tersebut juga mengungkapkan temuannya baik dari sisi makanan, toilet, maupun penginapan.
Baca juga: Apakah Hak Angket Haji 2024 Dipakai untuk Rebut Posisi Menag Yaqut? Ini Jawaban Anggota Pansus DPR
Terkait dengan makanan, ia mengaku mendapati aduan dari jemaah haji yang mengalami sembelit atau susah buang air besar (BAB).
Hal tersebut menurutnya terjadi karena minimnya sayuran dalam makanan yang disediakan untuk jemaah.
Sayuran yang ada dalam menu makanan para jemaah, kata dia, adalah sayuran kering.
Hal itu disampaikannya saat wawancara eksklusif dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Kantor Tribun Network Palmerah Jakarta pada Kamis (18/7/2024).
Baca juga: Cerita di Balik Terbentuknya Pansus Haji 2024, Ada Hujan Pertanyaan yang Tak Terjawab
"Ketika kami kunjungan ke maktab-maktab mereka, mereka mengeluhkan 'Pak saya sembelit, Pak. Dua hari, tiga hari.' Karena apa? Kurang sayuran," kata dia.
"Padahal kami sudah sampaikan perbanyak sayuran karena kita di negara kita, lidah kita bisanya tertelan makanan ketika ada sayuran. Sayurannya itu sayuran kering, sehingga kurang sayuran," sambung dia.
Selain itu, menurutnya kandungan gizi pada menu makanan bagi para jemaah haji Indonesia jauh lebih sedikit jika bandingkan dengan jemaah haji asal negara lain.
Padahal, kata dia, telah disepakati harga porsi makanan untuk makan pagi, siang, dan malam di kisaran SR (Riyal Saudi) 16,5 sampai SR17,5.
Bila dikonversikan dengan kurs Rupiah, kata dia, maka hal itu setara dengan sekira Rp80 ribu.
"Kalau dikonversikan, tentunya dibandingkan dengan negara di sana, itu jauh lebih sedikit nilai gizinya dibanding dengan angka SR16,5 atau SR 17,5 itu. Secara harga dan gizi," kata dia.
"Dan banyak keluhan. Ada beberapa laporan juga yang keracunan. Karena basi ya. Itu kita panggil kateringnya. Kenapa kok bisa memberikan layanan yang seperti itu. Dari sisi makanan," sambung dia.