Putin Ingatkan Kemungkinan Perang Sipil di Suriah
Putin mengimbau kedua pihak yang bertikai, yang disebut-sebut telah meminta korban tewas 17 ribu orang, agar duduk dan berunding.
Editor: Dahlan Dahi
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin mengingatkan, Senin (23/7/2012), mengenai kemungkinan perang sipil berkepanjangan manakala Presiden Bashar Assad dijatuhkan secara tidak konstitusional.
"Kita khawatir bahwa jika kepemimpinan sekarang disingkirkan dari kekuasaan secara tidak konstitusional, lalu oposisi dan kepemimpinan sekarang mungkin hanya akan berganti," kata Putin seperti dikutip kantor berita yang dilansir Arab News.
"Satu kelompok akan mengambil alih kepemimpinan dan yang lainnya akan menjadi oposisi," katanya sesuai bertemu dengan Perdana Menteri Italia Mario Monti.
Putin mengkhawatirkan jika rejim Assad diganti, maka kelompok oposisi akan naik memerintah, sementara kelompok Assad akan menjadi oposisi.
Dalam situasi itu, kata Putin menyitir apa yang terjadi di Afganistan sekarang: "Perang sipil akan berlangsung untuk jangka waktu yang tidak diketahui kapan akan berakhir."
Putin mengimbau kedua pihak yang bertikai, yang disebut-sebut telah meminta korban tewas 17 ribu orang, agar duduk dan berunding.
"Pemerintah maupun oposisi harus menghentikan kekesaran dan duduk di meja perundingan mendiskusikan bagaimana mengelola Suriah di masa mendatang," katanya dan menegaskan masa depan Suriah tidak akan ditemukan di medan pertempuran.
"Saya percaya bahwa masa depan Suriah seharusnya tidak ditentukan pada dasar siapa yang memenangkan pertempuran tapi perundingan dan negosiasi," kata Putin lagi.
Putin berbicara ketika pertempuran antara pasukan pemerintah dan oposisi berkecamuk di Damaskus dan Aleppo.
Awal bulan ini, Rusia dan China memveto resolusi untuk Suriah di Dewan Keamanan PBB untuk ketiga kalinya dalam sembilan bulan.
Sikap Rusia dan China tersebut menghentikan upaya Amerika dan sekutunya menjatuhkan sanksi untuk rejim Assad.
Suriah --dan juga Iran-- adalah sekutu tradisional Rusia sejak era Uni Soviet.
Suriah telah mengancam para "agresor asing" akan menggunakan senjata kimia dan biologis bila mereka menginvasi negara itu.(*)