Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Argentina Tolak Terima Jenazah Otak Pembantaian Perang Nazi

Argentina mengatakan pihaknya tidak akan menerima jenazah terpidana penjahat perang Nazi, Erich Priebke

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Argentina Tolak Terima Jenazah Otak Pembantaian Perang Nazi
AP
Erich Priebke (1996), kiri, saat mengikuti sidang atas dirinya di Italia. 

TRIBUNNEWS.COM -- Argentina mengatakan pihaknya tidak akan menerima jenazah terpidana penjahat perang Nazi, Erich Priebke, yang meninggal dunia di Italia, Jumat (11/10/2013).

Priebke melarikan diri ke Argentina setelah Perang Dunia II dan tinggal selama hampir empat puluh tahun di Argentina sebelum memiliki identitas resmi pada 1994. Dia kemudian diekstradisi ke Italia dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Dia meninggal dunia pada usia 100 tahun di Italia, Jumat kemarin, kata pengacaranya kepada media Italia.

Seorang pejabat Italia mengatakan, jenazah Priebke akan dimakamkan di samping makam istrinya di Argentina. Namun demikian, Menteri Luar Negeri Argentina Hector Timerman, dalam pesan Twitternya, mengatakan bahwa pemakamam Priebke di Argentina tidak akan terjadi.

Dia mengatakan, Argentina tidak akan memaafkan atau melupakan penjahat perang Nazi yang terbukti melakukan genosida.

Pelaku Pembantaian

Setelah diekstradisi ke Italia, dia diadili dan divonis hukuman penjara seumur hidup, pada 1996. Tetapi karena usia dan kesehatannya yang terus memburuk, dia diizinkan menjalani hukuman dalam tahanan rumah di Roma.

Berita Rekomendasi

Priebke dinyatakan bersalah memerintahkan pembantaian lebih dari tiga ratus orang warga sipil di Roma, Italia, selama Perang Dunia II.

Meskipun Priebke mengakui perannya dalam pembantaian itu, dia tidak pernah mengungkapkan penyesalan.

Pada bulan Juli lalu, sebuah asosiasi yang mewakili keluarga dari beberapa korban pembantaian menyerukan agar Priebke "meminta maaf".

Dia diekstradisi ke Italia pada tahun 1994 setelah dia diketahui bekerja sebagai guru sekolah di Argentina .

Keberadaannya berhasil dilacak oleh seorang wartawan Amerika yang bekerja untuk ABC News. Dalam sebuah wawancara, dia mengakui perannya dalam pembantaian tersebut.


Tags:
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas