Menlu AS Akui Program Mata-mata Negaranya Kelewatan
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, menilai program mata-mata Badan Keamanan Nasional di sejumlah kasus telah kelewat batas.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Samuel Febriyanto
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), John Kerry, menilai program mata-mata Badan Keamanan Nasional di sejumlah kasus telah kelewat batas.
"Tidak perlu diragukan lagi, bahwa Presiden (Barack Obama), dan saya juga orang lain dalam pemerintahan telah belajar dari beberapa hal yang telah terjadi, karena teknologi yang ada dan kemampuan yang ada (program mata-mata)," ujar Kerry dalam sebuah acara internasional di London, Inggris, Kamis (31/10/2013).
"Saya mengakui,beberapa tindakan terlalu jauh, dan kami akan memastikan bahwa itu tidak akan terjadi kembali di masa depan," lanjutnya.
Obama, sebelumnya telah berjanji untuk mengkaji ulang program intelijen AS, namun tak pernah menyatakan bahwa hal itu telah melewati batas. Namun Kerry membela motif program intelijen AS, dengan mengatakan bahwa itu telah banyak menyalamatkan nyawa.
"Dengan meningkatnya ekstremisme radikal dan serangan teroris di Amerika Serikat dan di tempat lain, AS dan negara lainnya bersama-sama mengatasi hal ini. Kita menyadari bahwa kita sedang berhadapan dengan dunia baru di mana orang bersedia untuk meledakkan diri mereka," tutur Kerry.
Ia mencontohkan apa yang terjadi di Nairobi, Kenya, dimana milisi bersenjata Al-Shabaab, melancarkan serangan ke pusat perbelanjaan Westgate dimana menewaskan sedikitnya 72 orang.
"Bagaimana, Anda dapat mencegah itu?" ujar Kerry.
Kerry juga mengkritik pemberitaan media Prancis, yang mengatakan bahwa AS melakukan program penyadapan, termasuk terhadap 70 juta orang di Prancis. Menurutnya pemberitaan itu tidak benar.
"Hal itu tidak terjadi," katanya. upi.com