Pemberitaan Soal Yugun Ianfu Berbalik Sentimen Negatif pada Asahi
Kasus yugun ianfu, wanita penghibur tentara Jepang jaman perang dunia kedua lampau, banyak diberitakan Asahi
Editor: Yudie Thirzano
Laporan Koresponden Tribunnews.com di Tokyo, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kasus yugun ianfu, wanita penghibur tentara Jepang jaman perang dunia kedua lampau, terutama yang masih diributkan pihak Korea, dan banyak diberitakan koran Asahi Jepang. Namun dampaknya berbalik pada koran tersebut karena diketahui sang pembuat berita di koran Asahi dianggap banyak warga Jepang sebagai berita bohong.
Dampak itu terlihat jelas dengan kampanye anti koran Asahi berbentuk T-Shirt atau kaos putih dengan kata-kata anti koran Asahi.
Kampanye anti koran Asahi tersebut terlihat di stasiun kereta api Ueno kemarin Sabtu (26/7/2014) dan diposting di akun twitter milik @gongongonpi dengan foto sedikitnya enam orang berkumpul di platform stasiun Ueno JR Yamanote Line, menggunakan kaos putih bertuliskan anti koran Asahi.
Tulisan-tulisan tersebut antara lain berisi kata-kata "Tidak akan beli koran Asahi", "Tidak mau baca koran Asahi" dan gambar terdepan yang sedang jongkok tertulis "Berita yugun ianfu, masalah, Penipuan koran Asahi."
Kritikan terhadap koran Asahi juga datang dari wartawan terkenal dan juga Presiden Institut Funandemntal Nasional Jepang, Yoshiko Sakurai yang jelas-jelas menuliskan bahwa Editorial Asahi sangat berat sebelah.
"Karakter modus operandi Asahi adalah menyerang pemerintah dengan gigih mengulangi tuduhan seolah benar-benar beralasan tercermin dalam judul berita seperti "Bahaya Abe Deviasi Dari Pasifisme" (17 September 2013) dan "Jepang Kembali ke Hari-hari sebelum Perang Dunia Kedua di Bawah Administrasi Abe" (13 Desember 2013) dengan sewenang-wenang menyimpulkan bahwa visi Abe sebagai pemimpin nasional. Hal ini tidak akan dipahami baik di dalam dan di luar negeri," ungkap Sakurai.
Pada kenyataannya, tambahnya, satu-satunya negara yang menentang penggunaan pasukan beladiri Jepang secara kolektif untuk membela diri tampaknya hanya China, Korea Selatan dan Korea Utara.
"Sedangkan negara-negara Asia Tenggara, Australia, India, dan Amerika Serikat semua mendukung. Namun, Asahi tidak pernah menyinggung hal tersebut."