Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Yusron Orang Indonesia Pertama Raih Penghargaan Higashikuni-Nomiya International Prize

Yusron Ihza Mahendra, mendapat penghargaan The Higashikuni-Nomiya International Prize

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Yusron Orang Indonesia Pertama  Raih Penghargaan Higashikuni-Nomiya International Prize
ISTIMEWA
Duta Besar RI untuk Jepang Yusron Ihza Mahendra didampingi istri, Ny Dewi Lusiana, berfoto bersama Prof. Eiichi Shindo dan Prof. Hirakawa Hitoshi sesaat setelah menerima Medali Emas dan Piagam Penghargaan Higashikuni-Nomiya International. Kedua Profesor adalah promotor dan co-promotor disertasi S-3 Yusron di Universitas Tsukuba tahun 1997. 

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra, mendapat penghargaan The Higashikuni-Nomiya International Prize yang dianugerahkan melalui upacara yang berlangsung di Tokyo hari ini (Kamis, 18/09/2014).

The Higashikuni-Nomiya Memorial Foundation, sebuah lembaga dari lingkungan keluarga Istana Kekaisaran Jepang, dalam putusannya juga menetapkan Yusron sebagai penerima utama dari delapan penerima anugerah sejenis kali ini.

Sebelum Yusron, penghargaan serupa pernah pula dianugerahkan oleh lembaga di atas, antara lain, kepada Perdana Menteri (PM) Jepang Tekeo Miki, PM Yasuhiro Nakasone, PM Noboru Takeshita, dan Kiichiro Toyoda (Presiden Direktur Toyota Motor Company). Yusron adalah warga negara Indonesia pertama yang menerima penghargaan di atas.

The Higashikuni-Nomiya Memorial Foundation menganugerahkan penghargaan kepada Yusron atas karya akademis yang bersangkutan, yaitu disertasi S-3 di bidang Politik Ekonomi Internasional yang dipertahankan Yusron di Universitas Tsukuba, Jepang, pada tahun 1997.

Panitia menilai karya tersebut sebagai karya monumental dan selangkah lebih maju dibanding pemikiran-pemikiran yang berlaku pada masa itu.

"Karena itu, maka  panitia merasa perlu untuk memberi penghargaan terhadap karya Yusron yang sekarang menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang," ujar Profesor Akegawa dalam kata pengantar saat upacara penganugerahan penghargaan.

Upacara di atas dihadiri oleh sekitar seratus undangan VIP, termasuk kalangan akademisi, birokrat, politisi, dan praktisi ekonomi serta pelaku bisnis Jepang.
Prosesi upacara selama sekitar dua jam ini berlangsung dalam nuansa amat resmi dan undangan diwajibkan mengikuti dress code (tatakrama pakaian) yang ditetapkan panitia.

Berita Rekomendasi

Inti disertasi S-3 berbahasa Jepang berjudul “Ganko-Ketai Moderu no Shinwa-shei” (Mitos Model Flying Geese) yang ditulis Yusron empat belas tahun silam itu adalah sanggahan yang mengingkari keabsahan teori-teori tentang keajaiban ekonomi Asia yang sedang dielu-elukan dunia saat itu.

Khususnya, teori Flying Geese Model, dimana Yusron membantah validitas fenomena keajaiban ekonomi Asia kala itu.

"Tidak ada yang ajaib dengan ekonomi Asia," tulis Yusron dalam disertasinya. Pernyataan ini  diulangi Yusron dalam Memorial Speech berbahasa Jepang saat penganugerahan penghargaan di atas.

Alasannya, menurut Yusron, karena fenomena yang disebut sebagai “keajaiban” itu akan terjadi di mana pun juga (dan tidak hanya terbatas di Asia). Khususnya, jika Jepang melakukan relokasi industri melalui Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment, FDI) ke sebuah negara.

Pemikiran tentang keajaiban ekonomi Asia adalah pemikiran menyesatkan (misleading) yang mendorong orang untuk percaya serta menganggap pertumbuhan ekonomi yang semu di Asia (selain Jepang) sebagai pertumbuhan yang sejati.

Sejarah telah mencatat bahwa kelengahan yang disebabkan oleh kepercayaan terhadap mitos keajaiban Asia ini, terbukti harus dibayar mahal oleh negara-negara Asia ketika pertumbuhan ekonomi Asia yang semu dan rapuh itu luluh-lantak dilibas krisis moneter dan krisis ekonomi Asia, sambung Yusron.

Yusron juga mengatakan bahwa apa yang disebutkan dalam Flying Geese Model, sama sekali berbeda dengan kenyataan di lapangan. Penelitian yang ia lakukan di Korea Selatan dan beberapa negara ASEAN sekitar empat belas tahun yang lalu membuktikan bahwa antara teori dan realita terdapat jurang yang amat dalam.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas