Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peraih Nobel Perdamaian Malala Yousafzai Jadi Nama Asteroid

Nama Malala Yousafzai, gadis termuda pertama peraih Nobel Perdamaian asal Pakistan, diabadikan sebagai nama asteroid temuan Amy Mainzer, ilmuwan NASA

Penulis: Y Gustaman
zoom-in Peraih Nobel Perdamaian Malala Yousafzai Jadi Nama Asteroid
AP
Peraih Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai, dari Pakistan berbicara di panggung penganugerahan Nobel di Oslo, Norwegia, Kamis (11/12/2014). 

TRIBUNNEWS.COM, AMERIKA - Gadis termuda pertama peraih Nobel Perdamaian asal Pakistan, Malala Yousafzai, menginspirasi banyak orang. Namanya diabadikan sebagai nama asteroid yang sebelumnya bernama asteroid 316201.

Ide itu dicetuskan Amy Mainzer, ilmuwan astrofisik di NASA, yang bekerja di bagian laboratorium tenaga penggerak jet. Ia menemukan asteroid 316201 mengorbit di antara Mars dan Jupiter lima tahun lalu.

Dalam peraturan Persatuan Astronomi Internasional, Mainzer memiliki hak untuk memberi nama asteroid temuannya itu. Dia pun memutuskan untuk memberikan penghargaan kepada gadis berusia 17 tahun itu.

Mainzer belum lama ini mengatakan tergugah setelah membaca kisah Malala, perempuan yang menerima luka serius setelah ditembak Taliban Pakistan hanya karena menuntut hak perempuan agar bisa pergi ke sekolah.

Malala ditembak ketika menumpang bus sekolah di Bukit Swat, Pakistan, Oktober 2012. Dia dikenal setelah tampil dalam sebuah acara dokumenter BBC mengenai kehidupan di bawah kekuasaan Taliban yang mengekang hak perempuan untuk pendidikan.

"Saya membaca cerita mengagumkan Malala dan berpikir jika ada yang layak memiliki nama asteroid, maka dia berhak," ungkap Mainzer seperti dikutip Al Arabiya dari The Independent, Minggu (12/4/2015).

Setelah itu Mainzer berbincang, salah satu temannya membantu memberikan inspirasi kepadanya. Beberapa waktu kemudian terbetik bahwa sedikit asteroid memiliki nama perempuan.

Berita Rekomendasi

"Kami sangat membutuhkan kemampuan otak semua orang pintar untuk memecahkan masalah kemanusiaan paling sulit, dan kita tidak mampu menolak setengah populasi dunia," tambahnya.

Usai menjalani perawatan di Inggris, Malala berbicara di depan sidang PBB dan sejumlah negara mengkampanyekan hak pendidikan. Dia meraih Nobel Perdamaian karena upayanya bersama pejuang hak anak di India, Kailash Satyarthi. (The Independent/BBC/Al Arabiya)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas