Terkuak, Ribuan Pemuda Dilatih Ala Militer untuk Perjuangkan Negara Kulit Putih di Afrika
Jauh di dalam pedesaan, gerakan supremasi kulit putih di Afrika Selatan tengah aktif melakukan pelatihan militer dan mencuci otak para remaja.
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Samuel Febriyanto
TRIBUNNEWS.COM, AFSEL - Jauh di dalam pedesaan, gerakan supremasi kulit putih di Afrika Selatan tengah aktif melakukan pelatihan militer dan mencuci otak para remaja.
Seperti diberitakan oleh Dailymail, Rabu (15/4/2015), Gerakan Perlawanan Afrikaner (AWB), dikabarkan melatih ribuan pemuda dengan gaya militer di sebuah wilayah di Timur Laut ibukota Johannesburg, untuk memperjuangkan terciptanya negara kulit putih merdeka di benua Afrika.
Mereka menggembleng para remaja tersebut siang dan malam dengan latihan fisik, bela diri, dan doktrin rasialis.
Hasilnya mereka melihat warga kulit hitam dengan kebencian.
"Dalam Alkitab dikatakan orang kulit hitam harus hidup dengan orang-orang kulit hitam dan orang kulit putih harus hidup dengan orang kulit putih," ujar Dion Bernard (15), remaja yang telah mengikuti kamp pelatihan tersebut.
"Anda tidak dapat mencampur bangsa. Saya tidak punya teman berkulit hitam. Jika mereka datang ke samping saya dan meminta untuk berbicara dengan saya, saya akan mengatakan tidak. Atau saya akan berjalan pergi," lanjutnya.
Dion berasal dari keluarga yang sangat religius, yang merupakan bagian dari kelompok minoritas yang masih merindukan era politik apartheid di Afrika Selatan.
Dia adalah salah satu lebih dari 2.000 remaja yang dilatih Inti Komando, Kamp Pelatihan AWB untuk anak-anak kulit putih, selama dua tahun terakhir.
Kamp itu dijalankan oleh Kolonel Jooste, seorang veteran dari era apartheid. "Afrika Selatan tengah berdarah," ujarnya ketika diwawancarai oleh Journeyman TV.
"Dan ini mengapa kita harus melatih orang-orang yang harus kami siapkan. Ada jutaan dan jutaan orang kulit hitam di sekitar anda, yang menyesakkan Anda ... dan membunuh anda. Jadi, anda harus menerapkan sistem tertentu untuk bertahan hidup dan itulah mengapa kami mengatakan satu-satunya sistem yang bisa kita lakukan, adalah bukanlah apartheid. Itu hadiah kedua. Hadiah pertama adalah kebebasan," katanya.