Polisi Malaysia Pastikan 139 Kuburan Massal Terkait Perdagangan Manusia
Menurutnya situs memang dibangun untuk para imigran gelap, hal itu diketahui dengan adanya pagar dan pos penjaga.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pihak berwenang Malaysia telah mengkonfirmasi bahwa 139 kuburan dan 28 rumah tinggal sementara yang ditemukan di dekat dengan perbatasan Thailand terkait dengan kegiatan perdagangan manusia.
Inspektur Jenderal Polisi Khalid Abu Bakar mengatakan bahwa polisi dan petugas penjaga perbatasan Malaysia, menemukan sebuah situs pemakaman yang berisi mayat yang telah membusuk. Situs ini diyakini ditinggalkan sekitar dua minggu sebelumnya.
Menurutnya situs memang dibangun untuk para imigran gelap, hal itu diketahui dengan adanya pagar dan pos penjaga.
"Beberapa kamp ditemukan, menunjukkan bahwa mereka telah ditinggali sejak tahun 2013, dan dua kubu terbaru ditinggalkan dua sampai tiga minggu lalu," kata Khalid seperti dikutip dari CNN, Selasa (26/5/2015).
"Polisi tidak dapat mengkonfirmasi apakah semua kuburan berisi jenazah manusia, karena penggalian belum berakhir," tuturnya.
Dia menambahkan jenazah yang ditemukan akan menjalani analisis post-mortem untuk mengetahui penyebab kematian sebelum mereka dikuburkan secara layak.
Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi, diperkirakan 25.000 orang migran asal Asia Tenggara turun ke laut dalam tiga bulan pertama di tahun 2015.
Dalam beberapa pekan terakhir, ratusan imigran tiba di Malaysia dan di Indonesia setelah melakukan perjalanan berisiko selatan melalui Laut Andaman.
Negara-negara Asia Tenggara menghadapi krisis kemanusiaan sebagai ribuan migran dari Bangladesh dan Myanmar melarikan diri dari negara mereka, turun ke laut di kapal, berharap untuk menetap di tempat lain di Asia Tenggara.
Dalam beberapa pekan terakhir,Kepolisan Thailand menemukan kuburan dan tempat penampungan yang digunakan oleh sindikat perdagangan manusia.
Banyak dari para migran adalah Muslim Rohingya, kelompok minoritas etnis di Myanmar. Ada pula imigran asal Bangladesh yang melarikan diri akibat motif ekonomi.(CNN)