PM Serbia Ditimpuk Batu pada Peringatan Pembantaian Srebrenica
Salah satu batu dilaporkan mengenai wajahnya, sehingga menghancurkan kacamata yang ia kenakan.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah pertemuan keluarga dan korban pembantaian Srebrenica berubah menjadi kekacauan, saat Perdana Menteri Sebia, Aleksandar Vucic dan rombongannya tiba di lokasi acara untuk meletakkan karangan bunga bagi para korban.
Para politisi Serbia tersebut langsung disambut cemoohan ketika tiba di lokasi. Namun suasana semakin memanas ketika beberapa orang melemparkan batu, sepatu, botol ke arah Vucic, dan pengawalnya.
Salah satu batu dilaporkan mengenai wajahnya, sehingga menghancurkan kacamata yang ia kenakan.
Insiden itu terjadi di hari Sabtu di, Srebrenica, timur Bosnia, tempat dimana lebih dari 8 ribu orang etnis Bosnia dibantai oleh tentara Serbia.
Federica Mogherini, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, mengatakan serangan itu bertentangan dengan semangat untuk mengingat pembantaian Srebrenica.
Sementara Menteri Luar Negeri Serbia, Ivica Dacic, menilai serangan terhadap Vucic merupakan serangan terhadap Serbia.
"Dengan memutuskan untuk berdukacita bagi korban, Perdana Menteri Serbia berperilaku seperti seorang negarawan," kata Ivica Dacic dalam sebuah pernyataan.
"Ini adalah konsekuensi negatif lain dari politisasi hal ini yang telah membawa divisi baru dan kebencian bukan rekonsiliasi," katanya.
Pada awal karir politiknya, Vucic menuduh Slobodan Milosevic mantan Presiden Serbia menjadi terlalu lunak dalam berurusan dengan etnis muslim Bosnia.
Perang di Bosnia, yang berlangsung dari 1992-1995 terjadi setelah Serbia yang mayoritas berpenduduk Kristen Ortodoks melancarkan serangan terhadap Bosnia yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, dan Kroasia yang mayoritas penduduknya beragama Katolik. Sekitar 100 ribu orang tewas dalam perang itu.
Saat itu, Serbia, yang ingin tetap berada di negara Yugoslavia, berusaha untuk mencegah Bosnia dan Kroasia memisahkan diri.
Pada tahun 1995, PBB menyatakan Srebrenica adalah wilayah aman bagi warga sipil di bawah perlindungan pasukan penjaga perdamaian Belanda.
Dalam tahun-tahun peperangan, puluhan ribu warga sipil telah mengungsi ke sana, mencari perlindungan dari kehancuran perang Bosnia-Serbia.
Pada bulan Juli 1995 kota itu dikepung, dengan hanya 600 tentara penjaga perdamaian Belanda bersenjata ringan menjaganya. Mereka harus menghadapi pasukan Serbia dalam kondisi persediaan makanan yang mulai habis.