Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sosok Najib Razak, PM Malaysia yang Didemo Ratusan Ribu Warganya Hari Ini

Isu korupsi membuat ratusan ribu warga Malaysia turun ke jalan.

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Sosok Najib Razak, PM Malaysia yang Didemo Ratusan Ribu Warganya Hari Ini
AFP/MOHD RASFAN
Presiden Joko Widodo di Indonesia (kiri) berbicara dengan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak di kantor perdana menteri di Putrajaya , di luar Kuala Lumpur, Jumat (6/2/2015). Presiden Joko Widodo tiba di Malaysia pada Kamis 5 Februari untuk melakukan pertemuan bilateral pertama di luar negeri membicarakan hubungan Asia Tenggara yang sering tegang oleh pertengkaran diplomatik. AFP PHOTO / MOHD RASFAN 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Malaysia Najib Razak sedang menghadapi tekanan besar dari masyarakat dan kelompok anti-korupsi dalam negeri pada Sabtu (29/8/2015) ini. Puluhan ribu, bahkan diklaim ratusan ribu, warga Malaysia berkaos kuning turun ke jalan di Kuala Lumpur untuk menuntut Najib agar segera mundur.

Namun, sosok seperti apakah Najib Razak itu dan apa yang membuat dirinya mendapat banyak desakan agar meninggalkan jabatannya sebagai perdana menteri di negeri Jiran itu?

Long march ribuan warga Malaysia pro-demokrasi mendesak PM Najib mundur dari jabatannya. [Reuters].

Bernama lengkap Haji Mohammad Najib bin Tun Haji Abdul Razak, Najib adalah perdana menteri keenam Malaysia. Pria kelahiran 23 Juli 1953 itu disumpah menjadi Perdana Menteri Malaysia pada 3 April 2009.

Menurut biografi singkatnya di situs daring NajibRazak.com, Najib memang terlahir di keluarga politisi, sebab ayah dan pamannya adalah mantan PM Malaysia.

Mengikut jejak sang ayah, putra Tun Abdul Razak itu memulai karier politiknya sebagai seorang anggota parlemen mewakili Pekan, ketika umurnya masih 22 tahun. Ini membuatnya menjadi orang termuda yang pernah menjadi anggota parlemen di Malaysia.

Berita Rekomendasi

Semasa menjabat sebagai Perdana Menteri, perannya terlihat di bidang ekonomi, terutama dalam membuat kebijakan dan aturan baru yang dikatakan lebih membuat bebas dan longgar.

Namun, setelah pemilu Malaysia 2013, kepemimpinannya mulai mendapat banyak kritik dan tersandung banyak masalah. Satu di antaranya adalah skandal penyelundupan dana 1Malaysia Development Berhad (1MDB), yang dikatakan berujung pada depresi ringgit Malaysia.

Sebagai kepala 1MDB, sebuah perusahaan milik negara yang didirikan untuk mengendalikan perkembangan ekonomi Malaysia dalam jangka panjang, Najib dituduh menyelundupkan dana sebesar 2,672 juta ringgit ke rekening bank pribadinya.

Pasalnya, beredar isu yang menyorot hutang 1MDB yang sudah sebesar 42 miliar ringgit, yang diklaim akibat pengeluaran besar untuk Genting Group pada 2012 dan kemudian dituduh dialihkan ke Najib untuk membiayai kampanyenya untuk pemilu 2013.

Isu yang dibeberkan oleh The Wall Street Journal pada Juli 2015 lalu itu memicu kritik dan desakan dari berbagai pihak agar Najib segera mengundurkan diri dari jabatannya, juga meminta penjelasan atas berpindahnya dana itu ke rekeningnya.

Akan tetapi, mengikuti pernyataan Najib yang kemudian menentang tuduhan itu, komisi anti-korupsi Malaysia (MACC) mengatakan bahwa dana tersebut bukanlah hasil kecurangan, melainkan donasi politik kucuran dari Timur Tengah yang sudah dipastikan kebenarannya dari hasil audit, demikian lansiran dari Sydney Morning Herald.

1MDB pun sempat merilis pernyataan, dikutip oleh The Guardian, yang mengonfirmasi bahwa memang tidak ada dana yang dipindahkan dari 1MDB ke Najib. Namun, kepercayaan publik pada Najib sudah surut, terlebih karena Najib tak kunjung memberikan penjelasan jelas soal dana gelap di rekeningnya itu.

"Saya yakin pernyataan dari MACC itu diatur sedemikian rupa untuk melepaskan Najib dari kasus ini. Namun, itu tidak akan bisa meredakan kemarahan dan ketidakpercayaan publik terhadap masalah ini," ucap seorang dari partai oposisi, Rafizi Ramli. (The Guardian/Sydney Morning Herald

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas