Ilmuwan Temukan Air di Mars, NASA: Kemungkinan Besar Mars Bisa Dihuni
sumber air ini dikatakan sangat asin
Penulis: Ruth Vania C
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Untuk pertama kalinya, NASA mengonfirmasi bahwa ilmuwan telah menemukan air mengalir di permukaan Mars.
Penemuan itu memperkuat kemungkinan bahwa Mars bisa dihuni.
Dinyatakan Senin (28/9/2015) lalu, para ilmuwan akhirnya bisa menjawab soal kemungkinan apakah Mars bisa dihuni atau tidak.
Dikutip dari LA Times, menggunakan data observasi Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA, ilmuwan menemukan bukti kuat keberadaan air asin yang dikatakan mengalir secara berkala di permukaan Planet Merah itu.
Meski belum diinvestigasi secara langsung soal keberadaan air itu, penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Geoscience itu dikatakan memperkuat potensi hidup di Mars.
"Itu memberikan sebuah gagasan bahwa kehidupan di Mars kini bisa saja terjadi," kata seorang administrator asosiasi Direktorat Misi Ilmiah NASA, di Washington DC, Amerika Serikat.
"Sebelumnya kita belum pernah bisa menjawab pertanyaan: 'Apakah ada kehidupan di luar bumi?'. Sekarang menurut saya kita sudah memiliki kesempatan besar untuk menginvestigasi hal itu, di lokasi yang tepat di Mars," ucap direktur divisi ilmu planet NASA, James Green.
Namun, sumber air ini dikatakan sangat asin sehingga tak mungkin digunakan untuk menyokong kehidupan. Meski demikian, penemuan itu mengubah pandangan bahwa Mars di masa sekarang tak setandus yang dibayangkan sebelumnya.
Atmosfer Mars sangat tipis dan suhunya pun dingin, sehingga keberadaan air mustahil ditemukan, lantaran akan berakhir menguap atau membeku.
Tetapi, jika air tersebut mengandung garam, kemungkinan wujudnya cairnya bisa lebih bertahan.
Mars juga sudah pernah dikatakan memiliki sungai, danau, dan bahkan laut miliaran tahun lalu, yang buktinya didapat hanya dari permukaan tanah yang lembab, bukan dari tetesan air sebenarnya.
NASA akan melakukan penjelajahan ke Mars pada 2020, dengan mengoperasikan kendaraan rover khusus untuk mencaritahu titik-titik mana di planet itu yang layak huni. (New York Times/LA Times)